Si Dokter Kopi Indonesia
Peneliti Puslitkoka Jember, Jawa Timur Alumni IPB Angkatan :Lulus Tahun 1988 Jurusan/Fakultas : TIN/FATETA-S1
Peneliti dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) di Jember, Yusianto menceritakan perannya dalam mendidik barista dan staf departemen penelitian dan pengembangan di berbagai perusahaan produsen kopi Indonesia.
Yusianto mengatakan, tiap tahunnya dirinya bisa memberikan pelatihan kepada sekitar 100 barista dari kafe-kafe di Jakarta, Puslitkoka, dan termasuk dari R&D di perusahaan kopi.
Kafe di Jakarta yang mengirimkan tenaga ahli untuk belajar membuat kopi dari Yusianto antara lain Anomali Coffee dan Excelso. Sementara, produsen kopi yang mengirimkan tenaga litbang untuk belajar pada Yusianto antara lain Kapal Api, Singa, dan Top Coffee.
Perjalanan Yusianto menjadi seorang ahli cicip kopi dimulai pada tahun 1988. Lulus dari jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), ia masuk ke Puslitkoka dan menekuni bidang pascapanen kopi serta cokelat.
Proses belajar secara terus-menerus membuat pria yang lahir di Nganjuk, 12 Mei 1961 mengenal betul cita rasa kopi dari beragam daerah. Banyak rekan Yusianto yang kini menjulukinya “dokter kopiâ€. Bertanya tentang cita rasa kopi kepadanya berarti harus menyiapkan berjam-jam untuk mendengarkan uraiannya.
Keahlian Yusianto akhirnya mendapat pengakuan. Tahun 2009, ia mendapatkan sertifikat dari Speciality Coffee Association of America (SCAA), sebuah sertifikat yang diakui oleh dunia internasional, menunjukkan bahwa pemegangnya benar-benar ahli tentang cita rasa kopi.
Yusianto juga memberikan pelatihan dasar kopi yang dijadwalkan dua kali setahun. Pengguna jasa Yusianto tak cuma dari Indonesia, tetapi juga negara lain seperti Malaysia, Korea, dan Thailand. Selain memberi pelatihan, Yusianto juga rutin menjadi juri kompetisi Untuk membuat kopi Indonesia jaya dan mendatangkan keuntungan bagi setiap pihak, langkah perbaikan diperlukan. Perilaku dari level petani hingga perusahaan dan konsumen pun harus berubah.
Menurut Yusianto, petani di Indonesia masih belum bisa memisahkan biji kopi, saat panen mereka mencampur biji merah dan hijau, yang berkualitas dan tidak berkualitas dicampur. Padahal harusnya dipisahkan. Hal tersebut disebabkan faktor keamanan.
Yusianto menuturkan, Indonesia juga perlu melirik komoditas berpotensi yang selama ini belum banyak dikembangkan. Pengembangan terakhir adalah produk hilir. Yusianto mengatakan, Indonesia hendaknya tidak hanya mengekspor kopi dalam bentuk biji. Diharapkan ada kafe Indonesia yang go international dan menjual minuman dan biji kopi dengan harga lebih tinggi. Jika pengembangan dilakukan, Yusianto percaya bahwa Indonesia bisa menjadi “rajanya kopiâ€.