Rumah Sang Pelopor Masyarakat Berdaya
BERNAMA lengkap Tatiek Kancaniati Karimah, seorang wanita hebat yang tak hanya memikul tanggung jawab sebagai ibu bagi tiga anaknya, tetapi juga menyokong suaminya yang berperan sebagai pemberdaya masyarakat di Dompet Dhuafa.
Di tengah-tengah panggilan ibu dan pasangannya yang berperan sebagai mentor, Tatiek menemukan panggilan lainnya: menggerakkan potensi masyarakat, khususnya perempuan, untuk mewujudkan pembangunan ekonomi di desa-desa.
Lahir di Bogor pada 1 Oktober 1974, Tatiek melangkah ke dunia pendidikan dengan menyelesaikan studi di Fakultas Komunikasi Penyiaran Islam Syahid, Diploma III Fateta IPB, serta Akta IV IKIP Jakarta.
Tatiek Kancaniati dibesarkan dalam keluarga yang ayahnya seorang tentara dan dan ibu saya seorang bidan.
Masa kecilnya dihabiskan di lingkungan asrama TNI di wilayah rumah sakit khusus tentara. Dalam keseharian ia melihat aktivitas pelayanan kesehatan dan pengabdian masyarakat lainya, yang begitu terekam dalam benaknya.
Jiwa petualangnya membawa ia menapaki jalur yang berbeda. Dia menjadi pemimpin di dunia kewirausahaan sosial, menjadi pelatih bagi para pemimpin kewirausahaan sosial, serta pelaku bisnis yang menjunjung tinggi semangat berwirausaha.
Minatnya terhadap bidang ini tumbuh dari pengamatannya terhadap potensi yang tak tergali sepenuhnya di kampung halamannya, Tegalwaru.
Pada tahun 2006 lalu, ia mempelajari data-data tentang Desa Tegalwaru.
Menurutnya, saat itu Desa Tegalwaru masih menyandang status desa tertinggal karena tingkat gizi buruk, pengangguran, dan lain sebagainya masih tinggi.
Berawal dari tingkat kemiskinan yang tinggi, akhirnya Tatiek bertekad untuk mengupayakan kesejahteraan masyarakat desa.
Langkah awalnya, ia mendirikan Yayasan KUNTUM Indonesia. KUNTUM artinya Kreatifitas Usaha Unit Muslimah.
"Saat itu saya berpikir bagaimana agar para wanita pedesaan ini bisa diberdayakan dan isu pernikanan dini serta putus sekolah bisa terpecahkan," tuturnya.
Pada tahun 2008, Tatiek sempat mengikuti sebuah program bertajuk Social Young Entrepeneur Leader yang menjabarkan tentang pola-pola pemberdayaan masyarakat.
Tatiek lalu melihat kesempatan besar untuk menggerakkan roda ekonomi desa melalui keberadaan berbagai usaha rumahan.
Namun, perjalanan ini tidak mudah. Dia mencoba berbagai jenis usaha seperti koperasi mandiri, produksi nata de coco, hingga kerajinan tangan, sebelum menemukan panggilan sejatinya.
Terinspirasi oleh popularitas kampung wisata di berbagai daerah, Tatiek memutuskan untuk membawa konsep serupa ke Tegalwaru dengan menggagas Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru.
Inisiatif memadukan unsur pariwisata dengan potensi bisnis lokal, menjadi konsep yang pertama di Indonesia, sehingga berhasil menciptakan peluang baru bagi para pelaku usaha mikro dan menengah (UMKM) di kampung tersebut.
Tegalwaru, yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, diisi dengan beragam UMKM seperti pengrajin wayang golek, pembuat golok, dan penghasil selai kelapa.
Tatiek menjadikan UMKM ini sebagai ikon dari kampung wisata bisnis yang digagasnya.
Lebih dari 15.000 pengunjung telah datang untuk belajar tentang bisnis, memberikan dorongan ekonomi yang signifikan bagi para pelaku UMKM setempat.
Selain sebagai penggerak Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, Tatiek juga aktif dalam berbagai kegiatan lainnya.
Dia membentuk kelompok-kelompok usaha seperti kelompok besek bambu, daur ulang kertas, dan pernak-pernik terigu, serta aktif dalam membina komunitas seperti kelompok ibu-ibu kreatif dan asosiasi Keluarga Alumni Migran Indonesia (KAMI) Hongkong.
Namun, perjalanan Tatiek tidak berhenti di situ. Fokusnya kini tertuju pada pemberdayaan Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hongkong, dia terus menjadi nara sumber, memberikan pelatihan bisnis, dan mendampingi mereka dalam memulai bisnis mereka sendiri.
Rumahnya selalu terbuka bagi tamu yang datang mencari inspirasi dari kegigihan dan kelembutan seorang ibu yang tak pernah kenal lelah.
Berkat upayanya ini, Yayasan Indonesia Forum (YIF) yang bekerja sama dengan Corporate Innovation Asia (CSIA) mengukuhkan lima pahlawan inovasi di ajang Innovation Heroes 2023.
Satu di antaranya adalah Tatiek Kancaniati yang sukses mendirikan Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Wisata bisnis Tegalwaru dinilai merupakan "mahakarya".
Tak sampai disana, ia juga masuk finalis tokoh pendamping kewirausahaan nasional yang diselengarakan oleh Yayasan Bina Swadaya dan Prof. Rhenald Kasali.
Nama Tatike juga cukup dikenal sebagai narasumber dalam seminar-seminar nasional baik di universitas-universitas, BUMN, Dinas Pertanian, maupun seminar internasional.
Ia juga dipercaya menggawangi training persiapan TKW Exit di Hong Kong dan dosen kewirausahaan di Saint Mery University Hongkong. Ia juga masuk finalis penghargaan kewirausahaan sosial yang diadakan oleh Kusala Swadaya. *