Sofjan Iskandar

Penjaga Warisan Ayam Lokal Indonesia

SOFJAN Iskandar, adalah Peneliti Utama di bidang Pakan dan Nutrisi Ternak dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Ciawi Bogor. Pria kelahiran Bandung, 22 Februari 1954 ini dikenal sebagai pakar unggas lokal yang berusaha mengembangkan ayam asli Indonesia ditengah derasnya industri ayam ras.

Besar dari keluarga berlatar belakang militer, Sofjan nyatanya orang yang sangat kalem, ramah dan murah senyum. Kecintaannya memelihara ayam sewaktu remaja membuat mantap memilih Fakultas Peternakan IPB sebagai pilihannya saat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada 1973.

Setelah menamatkan pendidikan sarjananya pada 1978, ia bekerja sebagai pegawai honorer di Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Bogor. Dalam penugasannya sebagai pegawai honorer itulah, Sofjan mendapatkan tugas membantu penelitian Dr. David Creswell dalam bidang pakan dan nutrisi ayam.

Perjalanan membantu proyek penelitian mengantarkannya untuk bekerja di Balai Penelitian Ternak (Balitnak)-lembaga yang masih di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak)-yang saat itu masih merupakan proyek penelitian peternakan (P4) yang merupakan bantuan kerja sama Colombo Plan-CSIRO Australia.

Setelah dua tahun bekerja di Balitnak, Sofjan yang saat itu masih sebagai calon peneliti mendapat beasiswa untuk melanjutkan S-2 (Master of Rural Science) pada Departement of Bionutrition, Faculty of Rural Science University of New England, Armidale NSW Australia sejak Januari 1980 sampai September 1982.

Sofjan yang memang cerdas pada akhirnya mendapatkan nilai bagus dan berprestasi. Langkah pendidikannya seolah mulus seperti jalan bebas hambatan.

Sofjan kembali mendapat kesempatan tugas untuk menempuh studi S-3 (Doctor of Philosophy) pada Department of Farm Animal Medicine and Production, University of Queensland, Australia, yang diselesaikannya pada bulan September 1985.

Profesor Riset ini meengkapi gelarnya sebagai Master of Rural Science dari University of New England, Armidale, NSW Australia (1982) dan juga gelar PhD di bidang Obat-obatan Hewan dan Produksi dari University of Queensland (1989).

Sejak lulus S-2 di Australia pada 1984, Prof Sofjan mengatakan dirinya langsung ditugaskan untuk meneliti sumber daya unggas lokal.

Ia pun mendatangi berbagai kawasan di Indonesia untuk mendata dan menginventarisir rumpun unggas asli Indonesia terutama ayam di masing-masing kawasan.

“Di Indonesia ada 34 rumpun ayam asli nusantara yang berhasil diketahui setelah kita data dan inventarisir, jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih besar. Di Jawa barat ada ayam sentul, ayam pelung, di Kalimantan ada ayam nunukan, di Sumatera Selatan ada ayam merawang, di Sulsel ada ayam ketawa dan banyak lagi,” paparnya.

Sementara perjalanan kariernya yang panjang mengantarkannya mendapatkan sertifikat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk peghargaan profesor riset pada tanggal 19 Juli 2011.

Kecintaannya terhadap ayam lokal yang sudah melekat pada dirinya sejak kecil ternyata dibawanya sampai saat ini. Ayah dari tiga orang anak ini hampir separuh hidupnya dihabiskan untuk meneliti, lebih spesifik lagi ia sangat konsen terhadap ayam lokal Indonesia.

Selain sebagai peneliti, sepanjang perjalanan kariernya, Sofjan Iskandar pernah menjabat sebagai Kepala Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.

Sejak 2009, Prof Sofjan berusaha menyeleksi dan memurnikan salah satu ras ayam lokal yakni ayam Sentul yang berasal dari Kabupaten Ciamis untuk dijadikan ayam lokal unggulan. Ayam sentul banyak dipelihara masyarakat sebagai penghasil daging dan telur.

“Tahun 2008, kita sudah punya bibit ayam kampung ungulan tapi baru untuk ayam petelur saja yaitu ayam KUB. Nah sejak 2009, kita berusaha untuk menciptakan ras ayam lokal yang unggul untuk dikonsumsi atau ayam pedaging,” ujarnya bertutur.

Setelah melakukan proses seleksi selama enam tahun atau sekitar enam generasi, ia pun berhasil menciptakan galur murni ayam Sensi (Sentul Terseleksi). Dibandingkan dengan ayam lokal lainnya, pertumbuhan berat badan ayam Sensi lebih cepat ketimbang ayam kampung jenis lainnya, yakni bisa mencapai berat satu Kg dalam waktu delapan-10 minggu.

Selama berkarier sebagai peneliti, Sofjan Iskandar telah menghasilkan 99 (sembilan puluh sembilan) karya tulis ilmiah yang ditulis sendiri maupun dengan penulis lain dalam bentuk buku, jurnal, prosiding, dan makalah yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Sofjan Iskandar juga aktif sebagai pakar peternakan do Aliansi Peneliti Pertanian Indonesia (APPERTANI), selain bergiat melatih para peternak di dalam negeri mengenai budidaya ayam lokal unggulan Sensi, Prof Sofjan Iskandar juga sering diundang oleh para peternak unggas lokal di negara tetangga seperti Malaysia dan Philipina yang juga berminat mengembangkan budi daya ayam lokal di daerah mereka.

Selain itu tak sedikit pula penghargaan yang sudah diterima oleh Sofjan, di antaranya Penghargaan Kepada Penggerak/Pemrakarsa/Pelopor Dibidang Pembangunan Pertanian Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2016 dan penghargaan Lubis Award pada tahun 2006 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. *

 

Tinggalkan Komentar