Sandi Octa

Semangat Milenial Memberdayakan Petani

Nama Sandi Octa belakangan menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Terutama yang banyak bersinggungan dengan dunia pertanian. Kiprah lelaki 26 tahun tersebut membuat banyak decak kagum banyak orang.

Di usianya yang baru menginjak 26 tahun, alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu telah berhasil memberdayakan ratusan petani di Cianjur, Jawa Barat. Belum lama, dirinya dinobatkan sebagai ‘Duta Petani Milenial’ oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) pada Kementerian Pertanian.

“Alhamdulillah, ini adalah nikmat syukur yang tak terhingga. Memberdayakan petani bagian dari visi hidup saya,” ujar Sandi ketika ditemui belum lama ini di kawasan Cianjur.

Sandi menceritakan pengalamannya terjun ke sektor pertanian. Dia menggeluti bisnis pertanian sejak 2015 silam, persisnya sejak semester 5 semasa berkuliah di IPB. “Dulu jualan kecil-kecilan fast food di sekitar kampus,” kenang Sandi yang kini menjadi suplier sayuran di 25 hotel.

Saat ini, Sandi membina 385 petani dengan mengelola lahan seluas 120 hektare tersebar di sejumlah wilayah Jawa Barat. Delapan hektar lahan pribadi, 94 hekatre lahan milik PTPN 8 mengelola 94 hektare, sisanya berasal dari kolega-kolega Sandi. “Alhamdulillah omset sekitar Rp500 juta kalau lagi tinggi sampai Rp800 juta,” ungkapnya.

Menurutnya, memberdayakan petani adalah bagian upaya konkret memberikan kontribusi kepada bangsa. Ini sebagaimana yang sering digaungkan pemerintah terkait implementasi revolusi mental di masyarakat.

“Kita harus saling gotong-royong. Saling memberikan support bagi siapapun yang membutuhkan. Cara saya mengabdi kepada negara adalah membantu para petani untuk tetap berdaya,” beber milenial yang mendapat penghargaan ‘Kick Andy Heroes’ tersebut. 

“Karena bicara petani adalah salah satu tulang punggung bangsa, sadar atau tidak. Mereka punya peran amat penting dalam hal ketahanan dan kedaulatan pangan sebuah negara,” lanjut Sandi.

Dia sendiri rutin memberikan sejumlah pelatihan kepada para petani. Mulai dari penanaman, pemasaran, hingga packaging. “Termasuk soal transfer ilmu yang berkaitan dengan teknologi. Ini semata-mata dilakukan agar komoditas yang dihasilkan para petani kita, makin naik kelas dan berkualitas,” jelas Sandi.

Saat ini Sandi tengah bersiap diri untuk memenuhi permitaan komoditi sayuran di antaranya jengkol dan daun singkong diekspor ke Dubai. Rencananya, ekspor itu akan dimulainya akhir tahun ini.

“Kita sedang menggarap permintaan Timur Tengah dari Dubai. Komoditas yang susah di sana jengkol dan daun singkong. Kita tahap uji coba mempelajari costingnya karena kita memberangkatkan lewat pesawat, karena sayuran harus segar. Insya allah akan dimulai tahun ini,” pungkas Sandi.

Sementara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nusyamsi mengajak kaum milenial Indonesia tidak gengsi untuk terjun ke dunia pertanian.

Menurut Dedi, pertanian adalah sektor prioritas dengan jumlah pintu pasar paling banyak di dunia. Sehingga peluang pusaha untuk ekspor produk pertanian sangat menjanjikan.

“Sandi Octa adalah contoh nyatanya. Jangan gengsi. Intinya duit. Kalau misalnya di satu tempat sektor pertanian duitnya, banyak semut-semut akan datang,” kata Dedi.

Kementan dalam hal ini juga terus menggejot para petani milenial yang ada melalui berbagai bimbingan dan pemahaman teknologi pertanian. Dengan begitu, mereka dapat menularkan hal postif dan mengajak kaum milenial lain terjun ke sektor pertanian

“Jadi selain regulasi tapi inovasi juga harus didukung kita ada dari Badan Litbang dan perguruan tinggi ke petani milenial. Kita punya Politeknik Pertanian, alumni kita dorong, kita kasih modal berwirausaha dengan harapan mengembangkannya,” ungkapnya.(*)

Tinggalkan Komentar