Dari Statistika Rambah Bisnis Investasi
Dekan IPMI International Bussines School Alumni IPB Angkatan : 19 (1982) Jurusan/Fakultas : STK/FMIPA-S1
Kecintaan terhadap dunia hitung-menghitung mengantarkan Roy Sembel, seorang insinyur lulusan terbaik Ilmu Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB) sukses dalam dunia bisnis investasi.
“Dari dulu saya sudah senang hitung menghitung,†ujar Roy.
Roy menjelaskan semua bermula ketika dirinya masih duduk di bangku Sekolah Menegah Pertama (SMP), ia mulai sibuk mengurus bisnis pertamanya, peternakan ayam.
Namun, walaupun terhitung cukup berhasil, bisnis pertamanya harus tutup karena mendapatkan keberatan dari tetangganya. Tak sampai disitu, ketika Roy duduk di bangku Sekolah Menegah Atas (SMA), dirinya merambah ke bisnis baru, rental taksi.
Di tahun 1982, Roy memulai kuliahnya dengan major di Ilmu Statistik dan minor di Ilmu Ekonomi. Kecintaannya terhadap dunia hitung-menghitung menjadi semangatnya dalam perkuliahan yang dijalaninya, sehingga Roy mampu menyabet lulusan terbaik dengan predikat Cum Laude.
Predikat tersebut bertahan hingga ia menyelesaikan pendidikan MBA dari Rotterdam School of Management, Erasmus University Rotterdam and The Wharton School, University of Pennsylvania. Sedangkan, gelar PhD nya diperoleh dari J.M Katz Graduate School of Business, University of Pittsburgh. Di tahun 2005, ia melengkapinya dengan gelar tertinggi di dunia akademik, Profesor dalam bidang Financial Economics.
Setelah ia menjadi konsultan strategi JFX dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Hingga di tahun 2010 awal, Roy diundang ikut seleksi dan pada bulan Juli terpilih sebagai satu dari tiga Direktur JFX. Kurang dari 2 tahun Roy berkantor disana, volume transaksi JFX terus meningkat.
Pasang surut, kata Roy, pernah dirasakannya. Pasalnya, setelah pulang dari luar negeri dengan gelar doktor nya, di tahun 1997 ia sempat mendirikan perusahaan investasi bersama beberapa rekan-rekan lain. Namun ternyata perusahaannya pun habis terkena hajaran krisis. Meski begitu, pria kelahiran Jakarta, 10 Juli 1964 ini mengaku tidak pernah menyerah. Bagi dirinya, kegagalan merupakan bagian dari pembelajaran.