Petani Modern yang Sukses Kelola Agrowisata
Budi Daya Pertanian, Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian. Angkatan 27
Siapa yang mengira jika di daerah perkotaan bisa ada lahan pertanian yang menjadi wadah pembelajaran? Ini terdapat di Kota Pekanbaru, tepatnya Purwo Farm, sebuah Agrowisata yang berada di Kecamatan Rumbai Barat.
Sebagaimana diketahui Purwo Farm merupakan lembaga pelatihan pertanian dan pedesaan yang didirikan, dimiliki, dan dikelola oleh Purwo Hadi Subroto, dibantu oleh petani secara swadaya baik perorangan maupun berkelompok.
Pria kelahiran Banyuwangi, 17 Oktober 1971 ini membangun agrowisata Purwo Farm dengan tujuan untuk membantu para petani, sekaligus ingin membangkitkan usaha agrowisata di Kota Pekanbaru.
Di tahun 2020, Purwo Farm mendapatkan dua tanda daftar varietas tanaman (Lokal Motoa Madani Varietas Lokal dan Lokal Motoa Berkah Varietas Lokal) dari Kementerian Pertanian. Keberhasilan itu didapat melalui kerja sama dengan Dr. Rusmana, S.P, M.Si (peneliti Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim).
Banyak komoditas yang dihasilkan oleh Purwo Farm, diantaranya kelapa sawit, motoa, salak pondoh, pepaya lokal, papaya sunrise, jagung manis, kacang panjang parade, cabai, dan mentimun. Pangsa pasarnya mulai dari pasar tradisional sampai kepada supermarket.
Yang menarik dari usaha tani di Purwo Farm ini adalah pola tumpang gilir yang dilaksanakan untuk tanaman cabai, kacang panjang, mentimun, dan jagung.
Kegiatannya dimulai dengan pengolahan tanah yang dilaksanakan dengan mini traktor sekaligus mencampur pupuk kandang ayam dalam bedengan yang lebarnya kurang lebih 1 meter.
Untuk luas lahan 0,75 Ha diberikan 4 truk pupuk kandang. Dosis ini memang terbilang tinggi, namun dengan teknik tersebut pupuk kandang yang dilakukan hanya sekali saja untuk semua tanaman yang digilirkan.
Dengan pola tanam tersebut usaha yang dilakukan oleh Purwo sangatlah menguntungkan dan dapat ditiru oleh banyak petani lain. Saat pandemi melanda, tak dipungkiri daya beli menjadi menurun, dan hal itu juga berdampak pada Purwo Farm.
Saat itulah sarjana agronomi dari IPB University ini, dibantu petani lainnya yang tergabung dalam Purwo Farm melakukan berbagai inovasi.
Purwo melakukan efisiensi dan penurunan harga modal, termasuk memasak di rumah menggunakan tungku, 60 persen lebih hemat daripada menggunakan gas. Hal itu dilakukan untuk menyiasati biaya sehari-hari.
Strategi menambah jenis tanaman juga dilakukan karena permintaan produk tertentu terdampak. Contohnya pepaya, yang biasanya satu supermarket menyerap hingga 200 kilogram, saat awal pandemi turun menjadi hanya 30-100 kilogram. Purwo dan para petani lokal juga berusaha memperluas pasar produk pertanian tersebut.
Berkat sumbangsihnya di dunia pertanian, Purwo mendapatkan berbagai prestasi. Prestasi tersebut antara lain, Juara Lomba Kebun Buah tingkat Nasional (2005), Juara 2 Petani Berprestasi tingkat Provinsi Riau (2012) dan P45 Berprestasi (2021).
Selain itu, Purwo juga kerap diundang ke beberapa seminar bertema pertanian dan agrowisata. Atas dasar itulah Purwo masuk dalam kategori penerima Penghargaan Anugerah Petani Pejuang dari Anugerah Alumni IPB University 2021.
Dengan adanya Purwo Farm, Purwo berharap bisa bersumbangsih dalam pembangunan pertanian melalui pengembangan sumber daya manusia pertanian, yaitu dalam bentuk pelatihan atau permagangan bagi petani dan masyarakat di wilayahnya. Dan, terus berkarya dan memberi manfaat atas hasil penelitian untuk petani lokal dan negara.(*)