Nani Zulminarni

Pejuang Pemberdayaan Perempuan Masa Kini

 

Manajemen Sumber Daya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelatuan. Angkatan 18

 

Nani Zulminarni merupakan seorang aktivis perempuan Indonesia yang banyak berkecimpung di dunia pemberdayaan perempuan. Ia merupakan pendiri lembaga Perkumpulan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA).

 

Sejak muda, perempuan kelahiran 10 September 1962 ini sudah menjadi perempuan yang mandiri. Saat usia SMA, ia mulai terbiasa tinggal jauh dari orang tua, tepatnya ketika ia duduk di bangku pesantren. Berkat ketekunan dan prestasinya, Nani mendapatkan beasiswa berkuliah di Jurusan Manajemen Sumber Daya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), IPB University.

 

Nani menyelesaikan kuliahnya di IPB pada tahun 1985. Dengan bekal sarjana, ia mencoba melamar kerja. Tetapi, setiap lamarannya ditolak hanya karena dirinya mengenakan hijab.

 

Sebenarnya ada perusahaan yang mau menerimanya, tetapi syaratnya ia harus mau melepas hijab. Nani memilih tetap dengan keyakinannya. Akhirnya, ia memilih bekerja serabutan seperti mengajar dan memberi les kepada anak-anak di Bogor.

 

Setelah penolakan demi penolakan, ia memasukkan lamaran kerja ke Pusat Pengembangan Agrobisnis (PPA). Kebetulan, banyak pengurus PPA adalah lulusan IPB yang tidak mempermasalahkan pemakaian hijab.

 

Nani akhirnya diterima bekerja di PPA dan diminta menjadi salah seorang pendamping lapangan di Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita (PPSW) yang masih baru didirikan.

 

Tugasnya mengembangkan kegiatan pertanian dan simpan pinjam. Penugasannya yakni para petani perempuan di wilayah Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 1995, Nani mendapat kepercayaan untuk menjadi Direktur Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita.

 

Memasuki tahun 2000, ia mulai merintis Perkumpulan Perempuan Kepala Keluarga atau yang populer dengan singkatan PEKKA. Lembaga ini didirikannya dengan tujuan pemberdayaan para perempuan janda kepala keluarga atau female headed households.

 

Ketika awal membangun PEKKA, Nani tak pernah membayangkan kalau organisasinya bakal berumur panjang dan tumbuh besar. Pada tahun pertama, PEKKA hanya ada di empat provinsi, yakni Jawa Barat, Aceh, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Tenggara. Untuk membantunya, ia merekrut teman-temannya yang berusia muda menjadi fasilitator lapangan.

 

Saat ini, organisasi yang ia dirikan memiliki lebih dari 50 ribu anggota di 20 provinsi. Jumlah anggota yang aktif mencapai 30 ribu orang. Anggota-anggota tersebut direkrut melalui proses bertingkat. Awalnya, program yang ia buat di PEKKA hanya berfokus pada simpan-pinjam.

 

Tetapi, dalam perjalanannya ternyata ditemukan bahwa banyak ibu yang mengemukakan berbagai permasalahan hukum, seperti perkawinan yang tidak tercatat, anak-anak yang belum memiliki akta kelahiran, dan lain-lain.

 

Oleh karena itu, PEKKA membuat program pemberdayaan hukum dan juga program di bidang pendidikan, karena banyak yang buta huruf dan anak-anak putus sekolah. Sekarang ini PEKKA juga telah memiliki banyak program, salah satunya adalah kegiatan PEKKA Perintis yang bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

 

Bentuk kerja samanya adalah menemukan perempuan-perempuan kepala keluarga yang telah berkarya nyata di masyarakat di berbagai daerah di 34 provinsi.

 

Nani juga mendapat banyak penghargaan dan prestasi, diantaranya: Ashoka Fellowship Award (2007, Saparinah Sadli Award (2010), Seachange Fellowship (2013), Global Fairness Award (2014), Perempuan Inspiratif Nova (2014), Lencana Bakti Utama Kesra (2014), Lotus Leadership Award (2014), Anugerah Seputar Indonesia RCTI (2014), Sarinah Award PDIP (2014) dan Kick Andy Hero (2015).

 

Karena konsisten memperjuangkan pemberdayaan dan kesetaraan bagi perempuan dalam berbagai hal, Nani masuk dalam kandidat penerima Penghargaan Anugerah Alumni IPB University 2021 dalam kategori Anugerah Alumni Penggerak Lingkungan, Sosial, dan Kemanusiaan.(*)

Tinggalkan Komentar