Menebus Hidup Menjadi Pemenang
BERAKIT-RAKIT ke hulu, berenang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian. Begitulah perjalanan Muztahidin Al Ayubi.
Berkat kegigihan, kesabaran dan usahanya yang pantang menyerah, lelaki kelahiran Bogor pada Mei 1963 ini akhirnya memetik buah manis perjuangannya.
Biasa dipanggil Ayah Muz, lelaki yang pernah maju sebagai pasangan Syaiful Anwar dalam Pemilihan Walikota Bogor pada 2013-2018, kini ia sukses sebagai ketua sekaligus pendiri Yayasan Pendidikan Bogor Centre School (Borcess) Ashokal Hajar.
Muztahidin Al Ayubi bahkan memiliki kekayaan senilai Rp 8,056 miliar sehingga nilai kekayaannya tertinggi di antara lima pasang calon wali kota Bogor dan wakil wali kota Bogor saat itu.
Betapa tidak, dalam perjalanan hidupnya, Muztahidin merasakan benar hidup sulit penuh keterbatasan ekonomi hingga untuk makan pun begitu susah.
Ia harus ikhlas menjalani diri sebagai orang rendahan, menjadi kuli angkut barang dan penjual tas kresek di Pasar Anyar, Bogor. Hidup yang begitu keras ia lewati.
"Tapi, mimpi akan membuat seseorang menjadi lebih bersemangat menghadapi hidup, sekeras apapun, karena seseorang pasti ingin mewujudkan mimpinya," ungkap Muztahidin meneguhkan diri.
Semangat tinggi ingin menjadi orang yang sukses mendorongnya melakukan pekerjaan apapun asal halal. Mengajar merupakan hobi dan sudah melekat dalam diri bapak tiga anak ini.
Muztahidin memang bukan lahir dari keluarga yang hidupnya serba cukup. Meski begitu, saat sekolah ia selalu menjadi juara kelas sejak Sekolah Dasar hingga SMA. Bahkan ketika ia diterima kuliah di IPB University, ia terpilih melalui jalur PMDK.
Ayah Muz kini boleh berbangga hati melihat kemajuan pesat yayasan yang dipimpinnya.
Di bawah yayasan ini, Muztahidin kini memiliki lembaga pendidikan mulai dari TK, Sekolah Dasar dengan nama SD Global Garuda Nusantara Islamic Center, SMP, SMA dan SMK dengan nama resmi Sekolah Taruna Terpadu yang beralamat di Jalan Salabenda, Kec Kemang, Kabupaten Bogor. Bahkan sekarang murid-muridnya berjumlah ribuan dan merupakan salah satu sekolah favorit di Bogor dengan berbagai fasilitas lengkap dan prestasinya yang menjulang.
Belum lama, Muztahidin juga membangun sebuah universitas bernama Politeknik Digital Boash Indonesia. Adapun BOASH singkatan dari Borcess Asokal Hajar yang artinya pusat pendidikan sebagai sumber kehidupan.
Kini H. Muztahidin Al Ayubi, adalah salah sosok yang sukses dalam memajukan dunia pendidikan di Bogor. Meski begitu dia adalah sosok sederhana, bersahaja, ramah dan penuh kepedulian sosial.
Suami dari Atikah Rusniawati ini mengenyam pendidikan formal di SD Negeri Bantar Kemang dan lulus pada 1977, ia lalu masuk ke SMP Negeri 6 Kota Bogor dan lulus pada 1981. Ia melanjutkan SMA nya di SMA Negeri 5 Kota Bogor dan lulus pada 1984. Dari sekolah itulah ia menerima PMDK dan diterima di Pendidikan Guru Kejuruan Pertanian, Fakultas Politeknik Pertanian, IPB University dan lulus pada tahun 1989.
Memulai karirnya dari seorang wali
sekolah selama lebih dari 10 tahun, Muz kemudian menjadi guru SMP Bina Sejahtera pada 1991 hingga 1994. Di waktu yang sama ia juga dipercaya di SMP Taman Cahaya dan SMP-SMK Wiyata Kharisma sebagai guru sekaligus Kepala Sekolah pada 1994 hingga 2002.
Seiring berjalannya waktu, niatnya yang kuat dalam mencerdaskan anak bangsa yang berilmu dan bertakwa ia wujudkan dengan mendirikan yayasan Muztahidin Al Ayubi yang menjadi gerbang berdirinya pendidikan bernama Borcess.
Keyakinan Muztahidin yang kuat dalam berikhtiar dijalankan dengan menanamkan nilai hidup untuk dirinya dengan tekad cerdas, relijius, dekat kepada Allah SWT, punya mimpi, hormat kepada kedua orang tua dan guru dan membawa kebenaran dan kejujuran dalam segala hal. Ia juga selalu menjalankan kebiasaannya bangun tengah malam untuk bertahajud.
"Pemenangnya adalah mereka yang bekerja dan belajar lebih dari yang lain, itulah kunci kesuksesan. Saya selalu memegang hal itu dalam hidup saya," kata H Muztahidin.
Kini sekolah yang dibangunnya dilengkapi dengan fasilitas kolam renang dan sarana pendukung pembelajaran lainnya, dengan jumlah 120 ruang kelas, ribuan siswa dan mampu menampung 5000 mahasiswa.
Fasilitas lainnya termasuk lengkap untuk golongan sekolah swasta. Mulai dari kelas yang nyaman, kantin yang luas, BoAsh Cinema, BoAsh Mart, BoAsh Gym, BoAsh Klinik, hingga BoAsh Water Park. Semua itu free atau gratis untuk semua warga BoAsh.
Meski begitu, biaya pendidikan yang ditetapkan Muz sangat terjangkau untuk berbagai kalangan masyarakat. Bahkan, para siswa yang tidak mampu akan dibebaskan biaya pendidikan, makan dan tidur, tetapi meraka harus terampil dan memiliki keahlian agar bisa mengurus usaha warung-warung sembako milik yayasan.
Muztahidin berharap agar pendidikan di Indonesia lebih berkarakter, mencetak siswa yang cerdas, handal, kreatif dan berprestasi, untuk kemajuan bangsa dan negara. *