Musdhalifah Machmud

Pejuang Sawit, Perumus Kebijakan Pangan

MENJABAT sebagai Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, bukanlah mimpi bagi Musdhalifah Machmud.

Sewaktu kecil, perempuan kelahiran Ujung Pandang pada September 1964 ini justru bercita-cita menjadi seorang dokter.

Garis hidup menentukan lain. Pemangku gelar Doktor dalam bidang Bisnis dan Manajemen dari IPB University ini tak pernah menduga menapaki jalan sebagai birokrat yang berfokus pada pengembangan komoditas di Indonesia.

Musdhalifah menempuh pendidikan tinggi di IPB University tahun 1987, dengan mengambil pendidikan Sarjana pada jurusan Manajemen Hutan.

Ia lalu mengikuti postgraduate course di International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC), Enschede, The Netherlands pada tahun 1992 dan S2 bidang Studi Pembangunan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2003.

Ia menuntaskan program Doktor jurusan Manajemen Bisnis di IPB University pada tahun 2020.

Perempuan yang hobi membaca ini, memiliki harapan supaya pangan di Indonesia tersedia cukup, terjangkau dan berkualitas.Terlebih setelah mengemban amanah sebagai Deputi Menko Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis pada 2020 lalu.

Musdhalifah meyakini dengan maju dan berkembangnya sektor agribisnis bisa memberikan dampak positif bagi kesejahteraan rakyat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Sebenarnya 20 tahun lalu saya tidak tidak membayangkan akan bisa berada pada posisi seperti ini,” tutur Mudhalifah.

Pencapaiannya sampai posisi saat ini bukanlah tanpa tantangan. Sebab sejatinya setiap melakukan sesuatu pasti ada tantangannya.

"Terpenting ialah bagaimana mencari solusinya melalui berbagai cara, tergantung karakter tantangan tersebut," ungkapnya.

Itu pula yang dilakukan saat mendorong pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia, yang kerap memperoleh tantangan dari berbagai aspek, baik itu kampanye negatif, tantangan regulasi, hingga upaya mendorong tata kelola kelapa sawit yang lebih baik.

Musdhalifah berharap, kelapa Sawit sebagai sumber ekonomi rakyat bisa terus berkembang dan berdaya saing tinggi, dengan dikelola secara berkelanjutan, sehingga bisa bermanfaat dari sisi ekonomi, sosial dan lingkungan.

“Komitmen tinggi, bekerja keras, bisa bekerja sama dengan baik, membangun network, berusaha memahami kondisi dan situasi kerja, itulah kuncinya,” tutur Musdhalifah.

Tugas berat dan tantangan besar memang harus dihadapi Musdhalifah. Ia harus mampu menjalankan koordinasi dan kebijakan strategisnya mencakup beras, daging merah, jagung, kacang kedelai, kelapa sawit, kakao, teh, karet, tebu, biofuel, produk hortikultura, pupuk, benih, dan berbagai komoditas lainnya.

Namun ia senantiasa membuktikan perannya sebagai pejabat pemerintah. Hingga akhirnya ikut menginisiasi Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia, sebuah program Kemitraan Pemerintah dan Swasta untuk mendukung dan mempromosikan minyak sawit yang berkelanjutan dan pemberdayaan petani kecil.

Merintis karir saat bertugas di Kementerian Kehutanan dalam rentang waktu 1988 hingga 2003. Diantaranya sebagai Kepala Seksi Konservasi Ekosistem Lahan Basah di Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan (2002-2003), Kepala Bidang Pemanfaatan SDA Kehutanan pada Asdep 2-III Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2003-2006); Kepala Bidang Produksi Pertanian Pada Asdep I/II/ Pelaksana Tugas Asisten Deputi Urusan Pertanian dan Kelautan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2006-2007).

Ia lalu menjadi Kepala Bidang Produksi dan Distribusi Perkebunan/Pelaksana Tugas Asisten Deputi Urusan Perkebunan dan Hortikultura Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2007-2009); Asisten Deputi Urusan Perkebunan dan Hortikultura Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2009-2013) dan sebelum posisinya sekarang, ia menjadi
Asisten Deputi Perkebunan dan Hortikultura Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2013-2015).

Selama masa jabatannya, ia memiliki pengalaman luas terkait dengan konservasi ekosistem lahan basah, konservasi keanekaragaman hayati, perencanaan anggaran, rencana umum sektor kehutanan, dan juga terlibat sebagai pembuat kebijakan dan tim pelaksana sektor kehutanan.

Musdhalifah juga aktif menjadi pembicara dalam masalah pangan, perkebunan, biofuel, dan pertanian di banyak kesempatan.

Saat ini menjabat sebagai Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian RI sejak tahun 2015.

Ia juga ditugaskan kembali sebagai Dewan Pengawas Perum BULOG terhitung sejak 17 November 2021 dan Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia.

Ia juga aktif mengikuti beberapa diklat, kursus singkat, dan seminar, antara lain bidang leadership seperti Australia Indonesia Partnership for Economic Governance/AIPEG, 2014) dan EAS Workshop on bio-fuels (Ministry of Energy Bangkok, 2008).

Selain itu ia juga bidang negotiation, Conflict Resolution and Meeting Management (AIPEG-IPDC-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2012); dan Training on Decision-Making in Natural Resources Management: Economic for The Environment (The International Agricultural Center-Wagenigen, 2004).

Kiprahnya diakui sebagai penerima penghargaan masa pengabdian Satyalancana Karya Satya XXX Tahun pada tahun 2014 atas kerja keras, dedikasi, dan pencapaiannya. *

 

Tinggalkan Komentar