Puncak Cinta Dunia Pendidikan
Pernah ragu ingin menjadi guru karena bayang-bayang tidak sejahtera, Najib muda mendapat nasihat bijaksana dari sang ibunda. Nasihat inilah yang mengantarnya mencintai dunia pendidikan.
Karena cintanya, dunia pendidikan memang akhirnya menjadi pilihan Najib. “Saya pernah bertekad kuliah di IKIP selepas SMA. Saat kelas 3, ada beberapa tawaran PMDK; dari IKIP Jakarta, dari IPB, dan beberapa perguruan tinggi lain.
Setelah berkonsultasi dengan guru-guru di SMA dan orang tua, akhirnya saya putuskan kuliah ke IPB, walau saya tak pernah berhenti mencintai dunia pendidikan,” tuturnya.
Kini, pengabdian dan rasa cintanya pada dunia pendidikan justru membawanya ke benua Kangguru dan menempatkan dirinya sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Atase yang belum lama menjabat ini terkesan adem, sederhana, dan terbuka. Tutur bicaranya santai, teratur, dan tidak meledak-ledak. Namun demikian, Najib juga bisa bercanda, meski tertawanya juga tidak membahana.
“Sejak kecil saya sudah tertarik menjadi guru. Saya selalu merasa senang, bahkan antusias, kalau bisa berbagi pengetahuan kepada lebih banyak orang. Saat SMA saya ngajar adik-adik kelas. Tidak dibayar. Tapi, senang rasanya kalau mereka jadi lebih mengerti,” cerita Najib.
Akrab dengan panggilan Pak Najib, atase yang satu ini terhitung masih muda. Najib lahir di Jakarta, 23 Juni 1976. Menikah di tahun 2002 dengan Farah Fahma, Pak Najib memiliki tiga anak.
Dalam dunia pendidikan ia pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Manajemen STEI TAZKIA, Wakil Ketua STEI TAZKIA dan Ketua Komisi Kerjasama Departemen Manajemen IPB, juga pernah menjadi Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University.
Sebelumnya ia pernah menjadi dosen, berpengalaman mengajar di Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, STEI TAZKIA, Universitas Mercu Buana, Universitas Indonusa Esa Unggul, STIAMI, LP3N dan Program Magister Manajemen STIE Kampus Ungu Jakarta.
Selain aktif mengajar dan meneliti, ia juga aktif memberikan training dan seminar untuk departemen, badan-badan pemerintah, BUMN, kampus dan praktisi bisnis swasta.
Dalam dunia praktis ia pernah menjabat antara lain sebagai Corporate Planning Manager PT Multi Utama Internasional, Redaktur Ahli The Jakarta City Magazine dan konsultan PT Multi Utama Consultindo.
Penggemar sayur asem dan tempe penyet ini, cukup giat menerbitkan beberapa buku dan menulis di berbagai jurnal nasional maupun internasional mengenai topik UKM dan pangan organik.
Setelah meraih gelar sarjana Teknologi Industri Pertanian dari IPB University tahun 1999, pada 2001 ia melanjutkan ke Program Manajemen Pascasarjana Ilmu Manajemen Universitas Indonesia (UI) dan menamatkannya pada 2003. Ia lalu mengambil gelar S3 di The Tokyo University, Business and Management pada 2008 hingga 2012.
“Setelah tamat S1, saya dapat tawaran beasiswa S2. Lalu, saya melanjutkan kuliah di UI. Di UI, saya mendapat tawaran mengajar. Saya pun mengajar di UI sampai tahun 2006. Selain mengajar di UI saya juga mengajar di beberapa kampus swasta di Jakarta. Dari proses itu semua akhirnya saya mantap memilih jalur pendidikan sebagai ruang pengabdian,” tegasnya.
Dalam perjalanan waktu, Najib memang tidak pernah mengubah niatnya menjadi guru. “Jadi, meski saya kuliah di IPB, lalu di UI, saya tetap mengajar, saya menjadi asisten dosen untuk beberapa mata kuliah. Saya juga mengajar di beberapa bimbingan belajar,” kisahnya.
Mukhamad Najib juga pernah mendapat rengking sebagai Ilmuwan Terbaik versi AD Scientific Index. “Perangkingan yang dilakukan oleh AD Scientific Index ini dapat mendorong dosen-dosen di Indonesia untuk semakin produktif dalam menulis dan publikasi di jurnal yang bereputasi.,” tanggapnya.
Basis penilaian dan pemeringkatan ilmuwan seperti yang dilansir dari laman AD Scientific Index adalah dilihat dari produktivitas dan efektivitas kerja peneliti dalam lima tahun terakhir. Sejumlah indikator yang disajikan dalam dalam pemeringkatan ini di antaranya adalah h-index, i10 index, dan sitasi.
Berdasarkan informasi yang dikeluarkan oleh AD Scientific Index tentang Top 100 Scientists 2022 diketahui bahwa Mukhamad Najib memiliki H-index: 19 dengan I10 index: 43 dan sitasi: 1647. Capaian nilai tersebut menempatkan Najib dalam urutan ke 39 dan 58 dari Top 100 Ilmuwan bidang Bisnis dan Manajemen di Indonesia tahun 2022.
Puncak cintanya dalam dunia pendidikan terjadi pada pertengahan tahun 2020. Dalam lelang jabatan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud), Najib diminta ikut seleksi oleh Rektor IPB University, Arif Satria.
Najib pun mengikuti tahapan seleksi yang cukup panjang, dari mulai seleksi berkas, tes bahasa inggris, tes psikologi, tes kepemimpinan, presentasi program sampai terakhir wawancara.
“Alhamdulillah, saya lolos pada setiap tahapan seleksi sampai terakhir wawancara. Saat itu ada beberapa posisi Atdikbud yang kosong, di antaranya Atdikbud di Canberra, Moscow, Seoul, Manila, dan Dilli,” paparnya.
Berdasarkan hasil seleksi dari semua peserta sampai terakhir itu lalu Kemendikbud menempatkan Najib ke Canberra. Jadilah sekarang ia sebagai Atdikbud RI di Canberra. “Saat saya ditunjuk menjadi Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Canberra ini pun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengabdian saya pada negara di dunia pendidikan dan kebudayaan,” tanggapnya.
Sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Canbera, tugas umumnya adalah membantu Duta Besar RI di Canberra dalam melaksanakan diplomasi di bidang pendidikan dan kebudayaan sesuai kebijakan umum pemerintah RI.
Sementara tugas khusus dari Atdikbud antara lain mengembangkan kerjasama pendidikan dan penelitian dengan sekolah, universitas, dan lembaga penelitian di Australia, mempromosikan budaya dan bahasa Indonesia di masyarakat Australia, melakukan pembinaan kepada karya siswa yang sedang belajar di Australia, dan lain-lain.
Tak hanya pendidikan, di Canbera, Najib juga membuat banyak kegiatan budaya yang melibatkan masyarakat.
“Kita punya grup gamelan Jawa dan gamelan Bali yang melibatkan masyarakat. Ada juga berbagai event kebudayaan rutin, seperti penampilan-penampilan seni dan budaya pada berbagai festival yang ada di masing-masing state di Australia,” tuturnya.
Melihat perkembangan pendidikan di Indonesia dengan kebijakan Merdeka Belajar, Najib melihat kebijakan itu justru bisa mendorong mahasiswa untuk lebih mandiri, kreatif, dan kritis.
“Kita ini manusia yang cepat belajar, cepat menyesuaikan diri dengan keadaan. Guru dan pelajar di Indonesia cukup cepat beradaptasi dengan keadaan, malah dengan Covid-19 ini terjadi banyak sekali percepatan. Saya yakin, di masa yang akan datang kualitas sumber daya manusia kita tidak kalah dengan Australia atau negara maju lainnya,” tegasnya. ***