Memetik Mutiara Membangun Ekonomi Lokal
Berawal dari kegiatan tanggap bencana Himpunan Alumni (HA) IPB University di Lombok Utara, Maulana Ishak secara tak sengaja bertemu pengrajin mutiara asal Labuapi, Lombok Barat saat berbelanja di Mataram.
Melihat potensi ekonomisnya yang besar, Ishak pun berniat mengembangkan potensi perekonomian masyarakat. Ia pun berkorban menguras tabungannya dan membeli mutiara yang ada. Tak menyangka, pilihan ini mengantarkannya sukses membangun bisnis mutiara.
“Awalnya saya tidak tertarik pada perhiasan. Karena saya laki-laki. Tapi keinginan untuk membantu menggerakkan ekonomi telah mendorong saya menekuni bisnis ini. Alhamdulillah, saat ini kami sudah punya workshop di Mataram,” cerita Ishak.
Ia juga gemar melakukan pemberdayaan masyarakat. “Ada rasa bahagia ketika mendapatkan doa dan dukungan dari masyarakat yang dibantu,” ujarnya, berbinar. Dari kerjasamanya dengan masyarakat, Maulana Ishak kini tengah membangun masjid pertama di kampung pedalaman NTT. “Persiapkan kematian, karena saya juga ingin mati dengan kebahagiaan,” pesannya.
Perjalanan sukses memang tak mudah. Saat itu, Maulana yang istrinya berasal Bima di Pulau Sumbawa, NTB menemukan berbagai potensi yang bisa dikembangkan untuk rehabilitasi ekonomi di daerah bencana. Ia melihat banyak mutiara dijual oleh warga setempat dengan harga yang relatif murah.
“Saya berpikir, mutiara yang indah tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tetapi tidak mungkin hanya dipasarkan di Lombok yang pangsa pasarnya terbatas,” ujar suami dari Sri Wahyuningsih yang juga alumni IKK Fakultas Ekologi Manusia IPB University ini.
Maulana kemudian mencoba membuat mutiara asli air tawar tersebut dengan ikatan yang indah dan modis, lalu menawarkan secara online kepada para alumnus IPB yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. “Mutiara dari Lombok jika dibuat ikatan yang indah dan modis, dikemas secara baik, ternyata responsnya positif, banyak peminat,” kata ayah dari Muhammad Ziyad Ramadhan ini.
Isterinya, Sri Wahyuningsih yang selalu mendukung kini tengah mempersiapkan calon bayi yang di kandungnya. “Namanya sudah disiapkan: Maulana Malik Ibrahim,” tutur Ishak.
Ishak pun konsiten berusaha membantu para pengrajin menjual mutiara di luar Lombok dengan harapan perekonomian bisa tumbuh. Akhirnya pada tahun 2019, Ishak mendirikan PT Nusantara Multi Jaya untuk memasarkan mutiara hingga akhirnya pada 2021 Maulana meraih sukses menembus pasar perhiasan di Amerika.
“Saya menjual mutiara dari Lombok, ke pasar nasional dan internasional, sebagian besar secara online melalui marketplace,” kata Maulana Ishak. Untuk pemasaran mutiara secara online, Maulana juga menawarkan melalui akun Instagram @lombok_paradis serta melalui situs lombokparadise.com.
Hingga saat ini, bisnis mutiara telah dikelola oleh 40 leader yang melayani kurang lebih 10.000 reseller di seluruh Indonesia. Selain itu PT NMJ juga memiliki brand Zayana Beauty yang memasarkan produk-produk skin care dan produk kecantikan berbahan baku alami.
Lulus tahun 2011, alumnus Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University angkatan 43 ini hanya dalam waktu tiga tahun telah memiliki 10 galeri mutiara yang tersebar di sejumlah daerah, antara lain Bima dan Mataram (NTB), kemudian galeri kecil di Tasikmalaya (Jabar), Kediri (Jatim), dan Manokwari (Papua Barat). Sayang, ketika kondisi pandemi Covid-19 menghujam pada 2021, galeri ini terpaksa harus ditutup.
Sebelum menggeluti bisnis mutiara, pria kelahiran Jakarta 28 Juni 1988 ini, berani mundur dari pekerjaannya di perusahan rokok terkenal PT Gudang Garam Tbk, untuk membangun bisnis mutiara. “Saya bertekad membangun usaha mutiara ini lebih sungguh-sungguh. Saya kemudian, mundur dari tempat kerja saya,” katanya.
Maulana juga menuturkan, dengan bekal pengetahuannya dari tempatnya bekerja, dia membangun usaha dan pemasaran produk mutiara.
Hingga tahun 2020, volume penjualan terus meningkat. Karena bisnis yang dibangun berasal dari kegiatan sosial, maka harus dikembalikan ke kegiatan sosial. Ishak juga menggandeng Dompet Dhuafa Pendidikan sebagai Co-Branding Partner sebagai nilai tambah produk dan bisnisnya.
Dari kerjasama ini, setiap penjualan mutiara ada donasi untuk Dompet Dhuafa Pendidikan. Kerjasama ini berlangsung hanya sampai tahun 2021. “Saat itu kami tengah mempersiapkan untuk melakukan pengelolaan sendiri melalui yayasan yang sudah kami dirikan sejak Juni 2020,” tutur Maulana.
Karenanya, memasuki tahun 2022, bentuk kerjasama itu kemudian dilanjutkan bersama dengan NGO lokal, Yayasan Kabua Dana Rasa yang juga didirikannya.
Pada Juli 2020, Ishak menambah nilai tambah bisnis dan produknya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat yang belum tersentuh saat bencana. Yakni bekerjasama dengan Kelompok Masyarakat Manfaat Nyiuh Daya di Kabupaten Lombok Utara. Kelompok ini memproduksi Virgin Coconut Oil (VCO).
PT Nusantara Multi Jaya berfungsi sebagai promotor VCO. Yakni, setiap pembelian mutiara bisa bebas VCO. Tujuannya agar konsumen mutiara mengenal dan mencoba VCO Lombok. Kini, Ishak telah mendistribusikan ribuan VCO setiap bulannya.
Di masa mendatang, Ishak berkeinginan mengembangkan kearifan lokal dari pulau lain sesuai dengan kemampuannya.