Relawan Mimpi Bagi Negeri
Sukses menjadi petani milineal, Nafis Rahman mengelola lahan pertanian lemon hingga 5 ha. Ia pun menjadi pembina untuk lebih dari seribu petani di 3 kabupaten di Lampung Tanggamus, Pesisir Barat, Lampung Barat.
M. Nafis Rahman membina langsung pada proses hulu, ia juga melakukan pengolahan lemon yang telah dipasarkan dengan merk dagang Hikari Lemon. Produk Hikari Lemon ini merupakan usaha industri rumahan yang mampu memproduksi 500 hingga 1.000 botol per hari dengan kemasan 500 ml.
Usahanya pun semakin pesat dengan pengembangan produk yang tidak hanya dalam bentuk minuman. Dari lahan itu, Nafis juga melahirkan produk turunan berupa sari lemon, lemon kering celup, lemon dehidrasi, sabun lemon, dan minyak Lemon.
Pemasaran produk Hikari Lemon ini tidak saja di wilayah Lampung, tapi sampai di pulau Jawa (Jabodetabek) dan Sumatera yakni Aceh dan Sumatera Barat. Nafis bahkan sudah mengekspor produk-produk Hikari Lemon dan komoditas lemon, maggot, kepiting bakau, dan lada ke manca negara.
Belum lama ini, lulusan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB University ini juga terpilih sebagai Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
Agro Persada Nusantara Berprestasi Tahun 2022.
“Semangat bisnis Hikari Lemon ini adalah pemberdayaan petani. Jika petani menjual lemonnya kepada tengkulak dengan harga sangat murah, kasihan petani,” ungkap Nafis.
Dari sanalah Nafis mengambil peluang mengakomodir petani lemon ini untuk diolah menjadi produk olahan dengan harga yang lebih tinggi.
Menurut Nafis sebagai alumni IPB University yang pernah ditempa ilmu pertanian di salah satu perguruan tinggi terbaik ini harus mengambil alih tanggung jawab memberikan terobosan yang dapat membantu kesejahteraan para petani.
Rencananya, pabrik pengolahan lemon akan didekatkan dengan pasar yaitu di Bandar Lampung. Sehingga lebih banyak petani yang akan bisa dibina di semua kabupaten dan kota di Provinsi Lampung.
Muhammad Nafis Rahman, lahir di Kacapura Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung pada 25 April 1991. Ia adalah putra pertama dari empat bersaudara pasangan Drs. Fathurrahman dan Faiqoturrahmah.
Nafis pernah bersekolah di SDN 1 Sidoharjo Pringsewu Lampung dan lulus pada tahun 2003. Ia lalu meneruskan pendidikannya di SMPN 1 Pringsewu dan lulus pada tahun 2006.
Jenjang pendidikan selanjutnya ia memilih bersekolah di MAN Pringsewu dan lulus pada tahun 2009. Selesai masa sekolah, ia pun diterima di Fakultas Teknologi Pertanian IPB University.
“Orientasi karirku sebenarnya sebagai birokrat atau penyelenggara negara. Tapi itu jaman dahulu, saat aku masih duduk di bangku SMA. Karena arahan orang tuaku, setelah kuliah di IPB aku berputar haluan kembali masuk ke dunia profesional saja,” ceritanya.
Selama menjadi mahasiswa Nafis juga aktif di beberapa kegiatan, baik organisasi kemahasiswaan, olahraga maupun kejuaraan penalaran pemikiran di bidang teknologi tepat guna khususnya bidang pertanian.
“Aku relawan terhadap mimpi-mimpiku sendiri, untuk ikut turun tangan dalam membangun negeri tercinta menjadi lebih keren dan lebih gagah. Bolehlah sedikit bermimpi ya,” ungkapnya sambil tertawa.
Di organisasi, Nafis aktif di Himpunan Keprofesian Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian sebagai staff Divisi Ristek (HIMATETA) pada tahun 2010-2011. Lalu pada 2011-2012, Nafis diberikan mandat untuk menjadi ketua klub Mesin dan Energi Terbarukan Himateta.
Kegiatannya di bidang olahraga dilakukan Nafis. Ia pernah menjadi kontingen catur pada kejuaraan Olimpiade Mahasiswa IPB maupun pertandingan antar departemen.
Nafis juga dikenal aktif melakukan riset-riset di bidang perancangan teknologi tepat guna. Banyaknya kejuaraan teknologi diikutinya. Ia pernah menjadi finalis dan Juara Favorit Nasional pada Mandiri Young Technopreneur Award 2011.
Setahun kemudian, pada 2012 Nafis berhasil menyabet medali emas pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS XXV) di Yogyakarta kategori Penerapan Teknologi. Ia juga pernah menjadi juara 1 pada Tanoto Student Research Award 2013.
Saat itu Nafis dan rekan-rekannya menghadirkan teknologi tepat guna. Mereka merumuskan desain alat penyemprot yang dapat digendong, menyesuaikan kebiasaan petani, mekanismenya otomatis karena menggunakan tenaga manusia seminimal mungkin, serta memanfaatkan energi terbarukan sehingga ramah lingkungan.
Teknologinya memanfaatkan radiasi sinar matahari yang disimpan ke dalam panel surya. “Alat penyemprot hama tumbuhan itu bahkan bisa digunakan untuk charging handphone dan memutar musik,” tutur Nafis.
Nafis adalah salah satu peserta PIMNAS dengan 3 inovasi teknologi yang berbeda pada PIMNAS Ke-26 di Mataram, NTB Tahun 2013. Pada tahun 2012 Nafis dipilih menjadi presentator dalam Niigata GP Program 2012 di Niigata, Jepang, dengan tema presentasi Teknologi Pompa Air Tanpa Mesin yang Terintegrasi untuk Pemenuhan Kebutuhan Air di Pedesaan.
Tak hanya itu. Ia juga kerap menjadi pembicara, pengisi seminar dan tutor pada beberapa seminar di IPB University oleh Lembaga Kemahasiswaan pada beberapa Himpunan Profesi. “Bagi saya mempelajari ilmu itu adalah sebuah tanggungjawab dan amanah kepada masyarakat,” kata Nafis.
Di dunia akademik, ia juga pernah menjadi asisten dosen pada beberapa praktikum seperti matakuliah Teknik Mesin Budidaya Pertanian dan Teknik Mesin Irigasi dan Drainase.
Berkat kecerdasannya, Nafis juga memiliki pengetahuan di bidang manajemen lingkungan dengan mengacu pada ISO 140001 dengan sertifikat tahun 2013. Gelar sarjananya diperoleh setelah Nafis mampu memaparkan skripsinya yang berjudul “Modifikasi Sistem Penyemprotan untuk Pengendalian Gulma Menggunakan Sprayer Gendong Elektrik”. ***