Cahaya Terang dari Cikondang
Bagi warga Cikondang, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, Lia bukan sosok asing. Kemunculannya bukan mendadak hanya saat menjelang Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) saja. Lulusan IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian ini sudah lama dikenal sebagai pemudi yang aktif di Cikondang yang merupakan kampung halamannya.
Di sana, Lia bersama warga setempat mengembangkan usaha budidaya jahe merah dan kopi. Dari kegiatan ini, warga sekitar pun kebagian manfaatnya. ia juga merupakan founder Kondang Muda Farm dan Pengurus Paguyuban Penggembala Kambing Desa Cikondang .
Terlahir dari keluarga petani yang sederhana, Lia memang sudah tak asing di dunia pertanian. “Dari kecil saya sudah membantu orangtua, mencari rumput kalau sedang ternak domba atau membantu panen dan menanam padi saat musim tanam,” ceritanya.
Gadis berhijab pasangan dari Cahidi dan Ati Kusmiati ini sudah lama fokus pada pengembangan komoditi jahe merah yang bekerja sama dengan PT Bintang Toedjoe. Disamping itu, Lia juga mengadakan pengembangan komoditi sereh wangi hingga kopi asli Desa Cikondang bernama Cikko Coffee dan pupuk organik.
Tak heran jika kehadiran Lia dianggap sebagai cahaya terang bagi para petani dan pengusaha kecil di wilayahnya dalam mendorong perekonomian warga sekitar. Tak aneh juga jika keinginannya untuk mengabdi di pedesaan disambut hangat oleh para warga. Terlebih lulusan IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian ini terkenal sebagai anak muda yang tekun menggiati sektor pertanian di daerahnya.
Saat masih sekolah, Lia juga termasuk murid yang berprestasi. Terutama di bidang olahraga. Kondisi keluarganya yang tidak beruntung membuat Lia sempat berhenti sekolah. “Sempat terkendala ekonomi saat masih SMP, juga ketika SMA. Saya ditanya orangtua, mau melanjutkan sekolah atau mencari rumput?,” kenang Lia.
Namun prestasinya di bidang olahraga membuat ia lulus dengan jalur prestasi di bidang olahraga. Begitu juga ketika kuliah dan diterima di IPB University, ia berhasil mendapatkan beasiswa bidikmisi.
Saat menjadi mahasiswa, Lia semakin candu pada dunia pertanian. Ketika lulus pada 2021, ia melihat banyak lahan produktf di kampung halamannya yang tidak termanfaatkan akibat hama monyet dan babi. Saat itulah sebenarnya ia mulai terpanggil mengabdi di kampung halamannya.
Ketika pulang kampung itu, Lia diminta menjadi Wakil Ketua Karang Taruna. “Saya akhirnya banyak bergerak dengan anak muda, membuat komunitas dan mengembangkan potensi pertanian,” tuturnya.
Ia kemudian mendirikan Kondang Muda Farm, wadah anak muda yang bergerak untuk pengembangan potensi pertanian. Hingga sampai tahun 2021, ia mendapat dorongan dari anak muda dan warga setempat untuk mencalonkan diri menjadi Kepala Desa, walau tak semua bisa percaya Lia bisa memimpin desa.
“Ada saja yang bilang, masih terlalu muda atau menilai perempuan itu langkahnya lebih pendek,” ungkap Lia.
Nyatanya, saat Lia maju dalam pencalonan kades dalam Pilkades Serentak 2021 di Kuningan, ia menang 405 suara, mengalahkan Kariaman yang meraih 175 suara. Perempuan yang kini berusia 28 tahun itu melenggang jadi Kades Cikondang sekaligus jadi kades termuda di Kuningan.
Wanita kelahiran Kuningan, 6 Mei 1994 itu menceritakan hanya butuh waktu satu tahun untuk mantap maju sebagai calon Kades dalam Pilkades Cikondang Kecamatan Hantara.
Kemenangan ini tidak mengherankan karena ia gemar berorganisasi dan senang bertani. Lia juga merupakan puteri dari Lurah Cikondang Cahidi, sehingga ada darah pemimpin desa yang mengalir di dalam dirinya.
“Saya menjadi lebih mudah dalam menentukan kebijakan desa, terutama dalam mengembangkan potensi desa. Di sini memang pertanian dan perkebunan menjadi potensi, terlebih wilayahnya adem,” sebut alumni SMAN 3 Kuningan angkatan 2012 ini.
Sebagai Kades termuda, ia telah menyiapkan sejumlah program unggulan. Ia ingin terus berkampanye untuk mengajak warga giat bercocok tanam. Baik skala rumahan menggunakan polybag dengan memanfaatkan pekarangan hingga skala besar.
"Kemenangan ini tentu sebuah amanah dan tanggungjawab, kemudian tidak lupa rasa syukur atas amanah yang diberikan oleh masyarakat Desa Cikondang akan menjadi motivasi dalam memimpin desa ke depan," ujarnya.
Program unggulan lain yang ingin ia dorong seperti Cikondang Caang (Caang Kebun) agar desa terlihat asri dengan ditanami berbagai jenis pohon. Alasannya karena di daerah tersebut subur akan lahan pertanian, sehingga tanahnya tidak produktif. Belum lagi adanya serangan hama monyet dan babi.
Selain Cikondang Caang, ia berkeinginan agar setiap Rukun Tetangga (RT) memiliki satu produk unggulan. Wisata edukasi berbasis agrowisata serta optimalisasi pelayanan air bersih bagi masyarakat juga turut didorong melalui program tersebut.
"Keempat program tadi merupakan hasrat saya membangun desa menuju perubahan. Sebab banyak potensi desa yang mesti digali untuk kesejahteraan masyarakat," kata Lia.
Ia berhasil membangun dan mengembangkan wisata edukasi yang berbasis pertanian. Salah satu komoditasnya adalah singkong, sebagai pangan alternatif yang sedang dikembangkan di desa Cikondang.
Dari singkong, Lia melakukan pengolahan gula cair kulit singkong rendah kalori (Gucaksi). Dengan begitu, pemanfaatan kulit singkong sebagai bahan dasar pembuatan gula cair dapat mengurangi limbah dari pengolahan singkong itu sendiri.
“Kami memberikan pelatihan dan menerima kunjungan sebagai peran gucakusi dalam edukasi. Kemudian terdapat Saung Cassava yaitu sebagai wadah untuk memfasilitasi produk olahan dari singkong dengan konsep fasilitasi manajamen dan pendampingan mulai dari sampai pemasaran serta Desa hadir melalui Bumdes dalam peran pengelolaan dan penampungan hasil panen,” kata Lia, sang pencerah asal Cokondang. ***