Menebar Ilmu, Menjaring Bisnis
SEMANGAT memperjuangkan keseimbangan dan kesejahteraan bagi semua pihak diteguhkan oleh Kiman Siregar.
Sosok ini tak hanya dikenal sebagai pengusaha sukses, ia juga mengabdikan keilmuannya sebagai dosen, menjadi penulis dan aktif di berbagai organisasi yang memiliki perhatian besar terhadap lingkungan dan energi terbarukan. Spiritnya membangun ekonomi daerah dan kerakyatan juga menjadi bagian dari perjalanan peraih gelar Doktor di IPB University ini.
Pria kelahiran Janjimauli, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara pada Mei 1978 ini juga memiliki jaringan luas di dunia bisnis dan berperan aktif dalam membantu start-up dan pengusaha muda untuk mengembangkan potensi mereka.
Kiman Siregar, sebagai pendiri Dakara Group juga dikenal sebagai pemimpin yang visioner dan berpengalaman di industri teknologi.
Dengan kombinasi pengalaman dan pengetahuan di bidang teknologi serta kemampuan investasi, Dakara Group terus berkembang sebagai salah satu perusahaan yang berperan penting dalam ekosistem teknologi dan investasi.
Alumni lulusan SMA Negeri 1 Padangsidimpuan pada 1997 ini langsung melanjutkan kuliah ke IPB University melalui jalur USMI dan lulus sebagai Sarjana Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB University pada 2001.
Menikah dengan Sholihati pada 2005, Kiman dianugerahi tiga anak yaitu Farhan Dzaky Siregar, Kaysa Mahira Putri Siregar dan Raja Putra Siregar. Ketiga nama anaknya ini menjadi inspirasi baginya dalam membangun perusahaan Dakara Group dengan menggabungkan tiga suku kata nama anaknya.
“Dakara merupakan gabungan dari tiga suku kata anak saya, yaitu Dzaky, Kaysa, dan Raja, sehingga Dakara bisa diartikan juga sebagai semangat dari tiga anak kami, yang akhirnya kami putuskan pula untuk membuat Dakara Group yang fokus bisnisnya pada tiga bidang, yakni pendidikan, bisnis UMKM IKM, dan lingkungan,” ujar Chairman Dakara Group, Kiman Siregar
Fokus mengembangkan bisnis, Kiman mendirikan Dakara Bisnis Institute yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan, pendidikan, consultan, konstruksi, energi, dan juga UMKM dan IKM.
Beberapa bisnis yang dibawahi oleh Dakara Bisnis Institute adalah Dakara Coffee, Dakara Consultan LCA Indonesia, Dakara Mart, Dakara Konstruksi Indonesia, Dakara Energi Alsintan Indonesia, dan TKIT BCM (Bina Cendikia Mandiri).
Dakara Group yang didirikan oleh Kiman Siregar berkembang menjadi perusahaan yang beroperasi di berbagai sektor, termasuk teknologi, investasi, dan layanan konsultasi. Berkat perusahaan yang didirikan ini, Kiman Siregar menjadi seorang pengusaha sukses yang telah membangun reputasi sebagai inovator di industri teknologi.
Kiman merintis Dakara Group pada 2002 melalui CV Global Samudera, yang pada 2008 menjadi CV Mitra Suplindo Pertanian. Saat ini grup usaha Dakara telah memiliki tujuh badan hukum usaha, di mana Dakara Coffee sendiri ikut diluncurkan pada 2019.
Bapak tiga anak ini memilih salah satu bisnis ini dikarenakan dunia perkopian memiliki daya tarik dari hulu ke hilir. Banyak kreasi yang bisa dilakukan setelah pasca panen kopi hingga sampai ke pada konsumen dalam bentuk turunannya yang beragam.
“Dakara Coffee hadir dengan 18 kopi terbaik Indonesia, dengan pasca panen full wash, semi wash, honey, dan wine yang tergolong premium. Sementara untuk penyajiannya kami menghadirkan beberapa metode chemex, french press, aeropress, V60, vietnam drip, syphon, dan tubruk yang disesuaikan dengan selera konsumen,” tutur Kiman.
Dalam sektor teknologi, Dakara Group terlibat dalam pengembangan dan investasi di berbagai perusahaan teknologi. Mereka fokus pada sektor-sektor seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), teknologi finansial (fintech), dan teknologi kesehatan (healthtech). Perusahaan ini berinvestasi dalam perusahaan start-up yang menunjukkan potensi pertumbuhan yang tinggi.
Selain itu, Dakara Group juga menyediakan layanan konsultasi untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan efisiensi operasional, pengembangan strategi bisnis, dan pengoptimalan teknologi. Tim ahli Dakara Group bekerja sama dengan klien mereka untuk memberikan solusi yang inovatif dan memastikan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
"Sementara Dakara Mart sudah menampung sekitar 150-an produk UMKM dari seluruh Indonesia. Kami juga berhasil mendapatkan penghargaan melalui Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bidang UMKM, yang diserahkan langsung oleh Pemda Kabupaten Sukabumi,” jelasnya.
Kesuksesan Kiman Siregar membangun perusahaannya sendiri, bukan tanpa perjalanan dan pengalaman. Tahun ke tahun, ia menimba berbagai pengalaman kerja di beberapa perusahaan dan meningkatkan keilmuannya.
Meski baru saja lulus, semangatnya meraih ilmu sangat kuat. Ia juga selalu memiliki keinginan untuk berbagi mengabdikan keilmuan yang dimilikinya.
Pada tahun 2000 hingga 2004, ia pernah menjadi Asisten Dosen di Laboratorium Pindah Panas dan Massa Jurusan Teknik Pertanian IPB University.
Ia juga bekerja sejak 2001 hingga 2002 di PT.Konservasi Energi Abadi (Persero) yang bergerak di bidang audit energi dan pengembangan energi terbarukan. Sambil bekerja, ia melanjutkan pendidikannya pada 2001 di Program Magister Ilmu Keteknikan Pertanian IPB University dan menyelesaikannya pada 2004.
Sejak 2002 hingga 2004, Kiman juga pernah menjadi dosen swasta di Jurusan Teknik Mesin Universitas Satya Negara Indonesia, Jakarta. Antara 2002 hingga 2003, Kiman pernah menjadi Staf di Pusat Studi Pembanguan IPB University.
Sambil menyelesaikan kuliah S2, Kiman mengajar di Universitas Pancasila Jakarta pada 2004 hingga 2005 dan sebelumnya sempat mendirikan perusahaan benang dan bisnis lainnya pada tahun 2003 dengan nama CV. Global Samudera.
Setelah tamat S2 pada 2004, Kiman bekerja sambil mengembangkan perusahaan Heat Exchanger dan Alat Penukar Kalor.
Kiman juga pernah bekerja sejak 2004 hingga 2005 di sebuah perusahaan gabungan antara PT.PLN (Persero) Jasa dan Produksi dan PT. Intan Prima Kalorindo. Sejak 2005 ia kemudian bergabung dengan PT. Air Surya Radiator sebagai R & D dan Executive Marketing Manager.
Semangatnya berbagi ilmu tak pernah padam, ia akhirnya bertekad menjadi seorang dosen dan mengikuti tes sebagai dosen di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Kiman berhasil lulus dan diangkat menjadi dosen pada April 2006 di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
Selanjutnya pada tahun 2009, Kiman kembali melanjutkan studi S3 di IPB University dan sebagian riset S3 nya dilakukan di Universitas Tokyo di Jepang dimana salah satu pembimbingnya Prof.Tetsuya Araki dari The University of Tokyo hingga akhirnya pada 2013 ia memperoleh gelar Doktor.
Rajin menulis berbagai buku dan jurnal, ia juga aktif dalam organisasi profesi seperti Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Masyarakat Perkelapa Sawitanan Indonesia (MAKSI), dan sebagai founder member of Indonesia Life Cycle Assessment Network (ILCAN) sekaligus sebagai ketuanya.
ILCAN adalah organisasi independen yang menjadi wadah akademisi, praktisi, dan pelaku usaha untuk berbagi informasi penilaian daur hidup atau life cycle assesment (LCA).
LCA telah diperkenalkan para akademisi semenjak awal 1970. LCA ini mempunyai metodologi yang dapat digunakan sebagai sustainability matrics.
"Penilaian daur hidup dapat mengevaluasi bahan mentah dan konsumsi energi sehingga dapat diperoleh data pengeluaran emisi sebuah produk. Bagi industri sawit, penghitungan pengeluaran emisi sangatlah penting," ujar Kiman.
Perhatiannya terhadap ekonomi dan kearifan lokal dicerminkan Kiman yang juga aktif sebagai Ketua Pengurus Parsadaan Siregar Boru dohot Babere (PSBB) Periode 2022-2026.
PSBB ini menjadi wadah bagi marga Siregar, boru dan babere dalam mewariskan budaya Batak Angkola kepada generasi muda dan wadah untuk mempererat tali silaturahmi dalam bingkai keberagaman dengan tetap mengadopsi Dalihan Na Tolu sebagai kerangka yang senantiasa dirawat meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok.
Kiman juga termasuk sosok yang memiliki semangat membangun UMKM dengan niat membantu pelaku usaha untuk bisa naik kelas dan mengembangkan bisnis mereka.
Di kampung halamannya Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), Kiman melihat masih banyak pelaku UMKM yang berjuang dari bawah, sehingga ia tergerak untuk membantu meningkatkan peluang bagi para pelaku UMKM dari kampung halamannya tersebut.
“Kuantitas bisnis UMKM kita cukup besar, sekitar 98 persen, tapi nilai bisnisnya dikalahkan oleh pebisnis besar yang kuantitasnya hanya sekitar 2 persen. Kita harus membantu agar pelaku UMKM ini bisa naik kelas menjadi bisnis besar pula,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungannya, selain melalui Dakara Mart, ia juga memiliki peranan penting di berbagai lembaga atau organisasi, seperti Ketua Yayasan Festival Oleh-oleh Tabagsel (YFO2T), Sekretaris Jenderal di Perkumpulan Asuh UMKM IKM , dan pembina di Yayasan Dakara Bisnis Institute.
Baginya, semua jejaring yang dibangunnya itu dilakukan sebagai upaya untuk memperluas jejaring bisnis yang dapat memberikan dampak kesejahteraan bagi semua pihak.
“Modal bisnis ini bisa bersumber dari relasi, ide, kesehatan, dan tenaga. Jadi tidak melulu soal uang. Keliru jika mau menjalankan bisnis yang dipikirkan adalah soal uangnya. Apalagi jika harus meminjam uang ke orang tua, seharusnya ketika orang tua sudah menyekolahkan, maka kita harus gunakan ilmu yang didapat untuk bisa membangun bisnis,” ujarnya
Melalui berbagai perannya tersebut, Kiman bersama pelaku UMKM menyuarakan pentingnya bersinergi dan berkolaborasi. Di mana saat ini Kiman juga tengah memperjuangkan pembangunan Koperasi Konsumen Syariah Ikatan Saudagar Muslim Indonesia – Bogor Raya (ISMI BORA) yang juga diketuai olehnya. *