Penggerak Handal Bank Digital
Seiring teknologi digitalisasi berkembang, bank digital tumbuh subur bak jamur di musim hujan, wajah-wajah muda sudah mulai ramai menduduki jabatan direksi bank. Direksi millenial bukan lagi sesuatu yang asing.
Kemampuan para direksi milenial menghadapi kompetisi zaman sudah diadaptasi dengan mudah. Sekaligus harapan memberikan gagasan segar yang inovatif. Demikian juga dengan kehadiran sosok Kaspar Situmorang yang melejit sebagai mantan Direktur Utama Bank Raya yg melahirkan Bank Digital milik Bank BRI.
Berkat kemampuan dan bekal keilmuan yang dimilikinya, lulusan terbaik Sarjana Ilmu Komputer dari IPB University pada 2006 ini dipercaya sebagai Chief Executive Officer di PT Bank Raya Indonesia Tbk pada April 2021. Saat itu, Kaspar Situmorang ditunjuk sebagai Direktur Utama menggantikan Ebeneser Girsang.
Pria kelahiran 25 April 1985 ini membawa Bank Raya makin mantap melangkah bertransformasi menjadi bank digital pertama milik BUMN.
“Dalam proses transformasi ini, kami akan bergerak menuju bisnis yang baru. Juga menyesuaikan bisnis yang sudah ada. Pada hari ini, kami juga ingin menyampaikan, kami telah mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham, untuk mengubah nama baru menjadi Bank Raya,” ujar Kaspar Situmorang saat menjabat Direktur Utama BRI Agro.
Lelaki yang juga Ketua Kompartemen Digitalisasi Perbankan Perbanas ini berperan menjadi digital attacker BRI, dengan fokus untuk mendukung para pekerja gig economy melalui solusi keuangan digital. “Tantangan yang dihadapi bank ini adalah menyinergikan transformasi digital dengan budaya perusahaan untuk meningkatkan competitive advantage-nya,” kata Kaspar.
Untuk itu, dia menjelaskan, transformasi digital Bank Raya berlandaskan sejumlah prinsip. Pertama, digitisasi, yakni pengembangan produk serta manajemen aset dan liabilitas dari bisnis legacy menuju ke bank digital. Tujuannya, memaksimalkan layanan perbankan digital secara lebih efektif untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Menurut Kaspar, kehadiran produk-produk inovatif dan fitur-fitur yang tepat sasaran, yang dapat menjawab kebutuhan segmen gig economy, menjadi kunci pertumbuhan perusahaan. “Hal ini demi menciptakan nilai tambah dan keunggulan yang berkesinambungan sebagai bagian dari BRI Group,” ujarnya.
Selanjutnya, prinsip revamp, yaitu penataan kembali bisnis yang telah ada dengan fokus pada perubahan portofolio, revamp kantor-kantor cabang, mengoptimalkan efisiensi proses bisnis, dan memperkuat people and culture. Selain itu, juga mendorong transformasi budaya kerja yang inovatif sebagai fondasi pencapaian visi Bank Raya untuk menjadi the best digital bank by becoming house of fintech and home for gig economy.
Kaspar pun mengungkapkan tantangan lainnya. Yakni, bagaimana Bank Raya mampu berkontribusi memperluas literasi digital perbankan di masyarakat, khususnya di kalangan pekerja gig economy.
Lulusan terbaik Sarjana Ilmu Komputer dari IPB University (2006) ini justru melejit kariernya di dunia perbankan. Setelah lulus dari IPB University, ia melanjutkan pendidikan ke Universität Duisburg-Essen, Jerman pada 2012-2014. Lalu, kembali mengenyam pendidikan dan memperoleh gelar Doktoral Manajemen Bisnis IPB University pada 2018-2021. Kaspar juga memperoleh pendidikan di Harvard Business School pada 2021 dan MIT Sloan School of Management pada 2022.
Dunia perbankan dan digital sudah begitu akrab dalam kesehariannya. Sebelum menjadi Dirut Bank Raya, ia adalah Komisaris PT Fintek Karya Nusantara (2019-2021), Kepala Divisi Digital Banking Development & Operation BRI (2020- present) dan pernah menjadi Kepala Divisi Digital Center of Excellence BRI (2017-2020).
Karenanya, berbagai terobosan bisnis telah dilakukan Bank Raya untuk memberi dampak signifikan terhadap kinerja fundamental dan sahamnya. Melalui dukungan kuat BRI Group, Bank Raya mengoptimalkan ekosistem BRI Group yang tersebar di seluruh Indonesia demi menjangkau lebih banyak potensi nasabah.
Misalnya, dengan melakukan interkoneksi host-to-host dengan kantor cabang BRI untuk memberikan kemudahan transaksi kepada seluruh pengguna Bank Raya, dan pembukaan digital saving Raya di layanan BRImo.
Sebelum masuk dunia perbankan, Kaspar pernah menjadi Board of Commissioner LinkAja pada 2019 hingga 2021. Regional Program Director di Lotus Flare (Google Venture), Sunny Vale, California (2016-2017). Kariernya itu dilakukan setelah sebelumnya bekerja sebagai Information Management Head RWE Innogy di Essen, North Rhine-Westphalia, Germany pada 2013-2016. Ia juga pernah menjadi IT Architect Head di Ajinomoto Co., Tokyo, Japan sejak 2007 hingga 2012.
Di tangan Kaspar, Bank Raya juga telah melakukan terobosan melalui solusi keuangan digital, seperti produk digital saving dan digital lending (Raya App dan Pinang). Fitur Saku yang tersedia di produk digital saving berfungsi untuk mengatur atau memisahkan uang sesuai dengan kebutuhan, serta memberikan kemudahan dalam mengatur kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang, seperti Saku Pintar dan Saku Bujet dengan pengguna lebih dari 1 juta akun dalam waktu kurang dari 8 bulan. Disisi pinjaman digital, Pinang Dana Talangan berhasil tumbuh dengan eksponensial lebih dari 2,3T dalam waktu kurang dari 8 bulan dengan NPL kurang dari 0,1%.
Bank Raya juga berkolaborasi dengan ekosistem digital di Indonesia untuk percepatan inklusi keuangan. Antara lain dengan e-fishery, iGrow, Modalku, dan Majoo untuk memberikan akses permodalan bagi fintech.
Adapun dari bisnis digital, Bank Raya saat ini menyalurkan kredit yang bertujuan memenuhi kebutuhan pekerja gig economy dalam menunjang kegiatan usaha.
Bank Raya fokus pada pengembangan produk digital, penguatan infrastruktur digital, pemenuhan talenta digital, serta pembentukan ekosistem digital dengan memanfaatkan ekosistem BRI Group dan fintech. “Belanja modal kami fokuskan untuk infrastruktur dan keamanan digital sesuai dengan kondisi Bank Raya yang sedang bertransformasi digital,” kata Kaspar. ***