Iwan Berri Prima

Dokter Hewan Pejuang Literasi

Pejabat Otoritas Veteriner (POV) penting untuk menangani penyakit hewan di tiap daerah, Bukan hanya PMK, tetapi juga banyak penyakit lain seperti rabies, flu burung, antraks, jembrana, brucellosis, dan filariasis.

Otoritas veteriner-lah yang berwenang mengambil keputusan tertinggi yang bersifat teknis bagi kesehatan hewan. Dokternya pun harus dokter pemerintah. Tanggungjawab itulah yang diembankan kepada Iwan Berri Prima (B40) di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Dokter hewan ini, berhasil mengharumkan nama Provinsi Kepri, khususnya Kabupaten Bintan di kancah nasional. Berri Prima telah terpilih sebagai Pengawas Obat Hewan (POH) Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2021, yang diselenggarakan secara daring oleh Direktorat Kesehatan Hewan, Ditjen PKH Kementerian Pertanian RI.

Ia berhasil lolos setelah melalui proses seleksi dari Panitia POH Pusat. Iwan pun diundang khusus untuk mendapatkan penghargaan dari Menteri Pertanian RI di Nusa Dua Bali.

Dirinya tidak pernah menyangka, selama ini ia melakoni pekerjaan sebagai Pengawas Obat Hewan, ternyata mendapat apresiasi dan perhatian khusus dari Pemerintah Pusat.

Ia menerangkan, peserta POH adalah utusan kabupaten/kota dan provinsi seluruh Indonesia. Ditambah, peserta dari utusan Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) Bogor.

“Alhamdulillah, penghargaan itu diberikan oleh Menteri Pertanian, Bapak Syahrul Yasin Limpo, melalui daring dari Makassar seusai mendampingi Presiden Joko Widodo, kunker di Sulsel waktu itu,” tuturnya.

Biasa dipanggil Berri, dokter hewan ini merupakan Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri.

Berri lahir di Bantul, Yogyakarta, 4 April 1985 sebagai anak pertama dari pasangan H. Suhartono dan Hj. Kopsyah. Dari Bantul, Berri kecil ikut dengan orangtuanya yang bekerja di wilayah transmigrasi di pedalaman Jambi, tepatnya di Kuamang Kuning Unit 10 Kabupaten Bungo Tebo.

Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan menamatkan sekolah di SMAN 1 Pelepat (sekarang SMAN 3 Bungo, Jambi), ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University jenjang sarjana pada 2003 hingga lulus pada 2007. Ia langsung melanjutkan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) dan lulus tahun 2009 dengan gelar dokter hewan (drh). Pada tahun 2017 Berri menamatkan gelar magister di Fakultas Ekonomi, Universitas Winaya Mukti, Sumedang.  

Berri juga pernah aktif menjadi pengajar di jurusan Kesehatan Lingkungan di Poltekkes Tanjungpinang sejak tahun 2013. Saat di kampus IPB University, Berri sempat memegang amanah menjadi ketua umum IMAKAHI (Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia) periode 2006-2008.

Berri juga dokter yang sangat produktif dalam menulis. Puluhan judul buku sudah diterbitkan. Selain menulis bersama sebagai penulis utama, ia juga memiliki beberapa judul buku sebagai buku tunggal atau buku dengan nomor ISBN atas namanya sendiri.

Panggilan Berri adalah sebuah cerita saat ia berada di kampus IPB University dan wajib tinggal di asrama kampus selama setahun. “Waktu itu, penentuan kamar mahasiswa ditetapkan berdasarkan alfabetis. Jadi ada kemungkinan nama yang sama bisa sekamar. Karena abjad di depannya berurutan dan mahasiswa baru itu ribuan,” cerita Iwan.

Iwan bertutur, jika nama awalannya Agus, maka akan berteman dengan Agus juga. “Kebayang yang namanya Agus banyak banget. Nama mahasiswa awalan Agus, ditempatkan di Asrama Putra C-1. dan kebetulan nama mahasiswa awalan Iwan ditempatkan di Asrama Putra C-2,” kisahnya.

Sudah ditebak, nama Iwan juga banyak. Tidak heran jika satu kamar isinya nama Iwan semua. bahkan nama Iwan sampai ada beberapa kamar. “Efeknya nama panggilan Iwan jadi bukan nama panggilan lagi, mau manggil Iwan bagaimana? Iwan mana? Lucunya, orangtua juga komunikasinya jadi bingung. Solusinya, ganti nama panggilan,” ujarnya. Sejak itulah, ia lebih dikenal dengan sebutan Berri.

Berri juga termasuk sosok sederhana yang mau berbagi pengetahuan. Kegemarannya menulis menghasilkan berbagai judul buku menarik yang dibutuhkan untuk edukasi kesehatan hewan. Beberapa judul buku yang ditulisnya antara lain “Suara Dokter Hewan Indonesia (30 Dokter Hewan Penulis), , “Mengenal Lebih Dekat: Profesi Dokter Hewan” hingga soal “Realitas Sosial, Hewan dan Lingkungan”.

Berkat kepiawaiannya dalam menulis, Berri juga sering hadir menjadi pembicara tentang cara dan teknik penulisan dan diundang di berbagai tempat, termasuk di kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 2019 lalu. Pantas saja jika ia juga disebut sebagai Tokoh Penggiat Literasi Kepri.

Buktinya, Iwan Berri Prima juga merupakan pengurus Ikatan Penulis Penggiat Literasi (IPPL) periode 2021- 2023 di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. “Tugas pengurus didalamnya, antara lain, mengembangkan dan memajukan gerakan literasi di Kabupaten Bintan serta sekitarnya,” jelas Iwan.

Tak hanya itu, IPPL juga mendorong agar terlahir karya-karya, baik fiksi maupun non fiksi dan sekaligus mendorong berbagai kegiatan seperti pameran dan bedah buku dan melaksanakan publikasi terhadap karya anggota.

“Menulis itu merupakan perbuatan mulia. Dengan menulis yang bermanfaat, pahalanya akan mengalir deras,” tutup Berri. ***

 

Tinggalkan Komentar