Indrawati Oey

Profesor Pangan yang Mendunia

Sebuah proyek percontohan industri yang merupakan bagian dari program Food Industry Enabling Technology (FIET) didanai oleh Kementerian Bisnis dan Inovasi, Selandia Baru. Proyek senilai USD 11,3 juta itu mengujicobakan “kentang medan listrik” di McCain Foods di kawasan Washdyke, Timaru.

Menggunakan teknologi Pulsed Electric Field (PEF), proyek ini diharapkan dapat mengubah kentang goreng menjadi pilihan makanan yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Teknologi PEF ini juga memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas dan nilai produk pertanian dan hortikultura lainnya di Selandia Baru.

PEF merupakan metode pengolahan pangan berbentuk cair non-termal dengan menggunakan kejutan listrik intensitas tinggi. PEF merupakan salah satu metode pengawetan yang tidak melibatkan kalor. Bahan makanan yang diawetkan akan diletakkan pada sebuah treatment chamber yang dialiri listrik melalui sepasang elektroda.

Teknologi medan listrik berdenyut ini telah berhasil digunakan dalam produksi makanan ringan kentang. Keberhasilan implementasi peralatan PEF untuk kentang dalam industri makanan memiliki beberapa keuntungan dalam hal peningkatan pemanfaatan bahan baku, efisiensi proses dan kualitas produk.

Teknologi ini membantu melembutkan bahan mentah, memungkinkan pemotongan dan pemrosesan kentang yang lebih baik. Potongan yang lebih halus dengan sedikit kerusakan permukaan, retakan, serpihan kecil, dan kehilangan pati menghasilkan hasil produk jadi yang lebih tinggi sekaligus mengurangi produksi limbah.

Selain itu penyerapan minyak juga menjadi lebih sedikit, dan umur pisau potong yang lebih lama. Dengan motede PEF, kentang memiliki kualitas yang lebih tinggi dan lebih sehat, dengan persentase lemak yang diserap lebih rendah dan warna yang lebih seragam. Proses itu juga menjanjikan dalam memerangi Tomato-Potato Psyllid, yang menyebarkan penyakit pada kentang.

Adalah Profesor Indrawati Oey, yang memimpin proyek teknologi PEF ini. Profesor Oey adalah Kepala Departemen Ilmu Pangan di Universitas Otago, universitas tertua di Selandia Baru. Menurutnya, teknologi PEF juga memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas dan nilai produk pertanian dan hortikultura lainnya di Selandia Baru.

Keberhasilan proyek teknologi PEF bagi kentang, sangat mengejutkan dan memungkinkan industri makanan Selandia Baru memperoleh manfaat dari teknologi baru ini.


“PEF menghasilkan pelepasan gula yang lebih terkontrol, pengurangan penyerapan minyak, dan pelunakan tekstur kentang, yang membuat kentang lebih mudah dipotong, sehingga mengurangi produksi limbah,” kata Indrawati, profesor ilmu pangan ini.

“Dengan peralatan yang sekarang ada di Selandia Baru, kami bersemangat untuk memulai uji coba industri dengan harapan dapat membuktikan tekniknya, dan pada waktunya memungkinkan industri makanan Selandia Baru memperoleh manfaat dari teknologi baru ini,” tambahnya.

Indrawati Oey (F26), adalah alumni IPB University yang memulai pendidikannya di Fakultas Teknologi Pertanian pada 1989 dan memperoleh gelar sarjana pada tahun 1993.

Wanita yang juga akrab dipanggil Inneke ini, bergabung dengan University of Otago sebagai Profesor Ilmu Pangan pada tahun 2009 dari Belgia, di mana dia memperoleh gelar MSc dan PhD dari Catholic University of Leuven, Belgia (1994-1996) dan kemudian bekerja di Research Foundation – Flanders selama beberapa tahun.

Keahlian penelitiannya adalah inovasi pascapanen dan teknologi pemrosesan makanan baru seperti pemanasan canggih, tekanan hidrostatis tinggi, dan medan listrik berdenyut.

Indrawati tertarik untuk mengembangkan makanan yang aman, bergizi, segar, dan lezat dengan menggunakan pendekatan dan teknologi inovatif secara berkelanjutan. Dia juga Ketua Pelatihan dan Pengembangan Karir untuk proyek NovelQ yang didanai Uni Eropa (metode pemrosesan baru untuk produksi dan distribusi makanan berkualitas tinggi dan aman, 2006-2008).

Saat ini Indrawati adalah anggota profesional Institute of Food Technologists (IFT) dan New Zealand Institute of Food Science and Technology (NZIFST) dan duta Global Harmonization Initiative untuk Selandia Baru.

Lulus dari IPB University, Indrawati Oey mengikuti Managerial Trainee di PT Friesche Vlag, Jakarta, Indonesia (1994) lalu melanjutkan pendidikan di dari Catholic University of Leuven, Belgia. Ia mendapat gelar PhD dalam Ilmu Biologi Terapan, di dari Catholic University of Leuven (1996-2000).

Prof. Indrawati Oey mendapat gelar profesor penuh sebagai Profesor Ilmu Pangan pada tahun 2009 dari Universitas Ortago. Dia mendapat postdoctoral fellow Research Foundation-Flanders di dari Catholic University of Leuven, Belgia (2000-2009).

Wanita kelahiran Malang, 29 April 1971 ini adalah anggota besar untuk Dewan Komite Eksekutif Divisi Pemrosesan Non-termal - Institut Teknologi Pangan, anggota profesional IFT dan NZIFST dan sekretaris cabang NZIFST Otago/Southland. Dia mendapat gelar Distinguished Professor dari Institute of Food Science and Technology dari Chinese Academy of Agricultural Sciences pada tahun 2017.


Indrawati juga merupakan penerima George Stewart Award dari Institute of Food Technologists (Amerika Serikat) pada tahun 2006. Dalam 4 tahun terakhir, ia aktif terlibat dalam membangun kerjasama internasional antara Selandia Baru dengan negara lain seperti Eropa, Amerika Serikat, Korea Selatan, Asia Selatan, Thailand, Jepang, Australia dan Cina di bidang pengolahan makanan baru, makanan fungsional dan inovasi makanan.

Prof. Oey memiliki keahlian dan minat dalam reaksi kimia dan enzimatik dalam sistem biologis di bawah pemrosesan termal konvensional, tekanan hidrostatik tinggi, dan pemrosesan medan listrik berdenyut (PEF). Dia tertarik untuk mengeksplorasi penggunaan pengolahan makanan untuk meningkatkan kualitas makanan dan fungsi kesehatan sekaligus menjamin keamanan makanan.

Karyanya berfokus pada reaksi biokimia yang memengaruhi berbagai aspek kualitas makanan, termasuk tekstur, rasa, warna, dan nutrisi. Dia juga bekerja pada kemasan makanan yang dapat dimakan untuk mengatasi masalah kemasan plastik saat ini.

Dia juga menjadi peneliti utama di Riddet Institute Center for Research Excellence (CoRE) dan Ketua Sains di Kelompok Kerja Program Akuakultur M?ori.

Profesor Oey juga anggota aktif Food Waste Innovation, focus penelitian Universitas Otago yang mengukur limbah makanan, mengembangkan strategi pengurangan, menerapkan teknologi inovatif, dan bekerja untuk mengubah perilaku produsen dan konsumen. ***

Tinggalkan Komentar