Hardinsyah

Motor Pendorong Gizi Bangsa

 

STUNTING masih menjadi isu serius bagi pertumbuhan anak di Indonesia. Asupan nutrisi yang kurang baik pada anak menjadi salah satu penyebab angka prevalensi belum mencapai target 14% yang ditetapkan pemerintah hingga 2024.

Meski begitu, angka prevalensi stunting di Indonesia sudah mulai turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022. Hal ini tak lepas dari peranan pemenuhan gizi anak yang bisa mempengaruhi tumbuh dan kembangnya.

Guru Besar Ilmu Gizi IPB University yang juga Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia, Prof Hardinsyah mengatakan, protein yang dikonsumsi ibu saat hamil akan memberikan manfaat untuk kesehatan anak yang berada dalam kandungan.

Protein berperan membentuk tulang anak agar baik tumbuh dan kembang, yang bisa didapatkan dari ikan di pasar.

Hardinsyah adalah seorang ahli gizi terkemuka di Indonesia yang aktif memberikan edukasi kepada masyarakat.

Menurutnya, ikan sebagai salah satu pangan bergizi, mempunyai berbagai manfaat bagi kesehatan dan kecerdasan serta pemenuhan kebutuhan gizi, mengandung kebaikan vitamin D yang berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh dan pembentukan tulang. Ia bahkan memaparkan manfaat protein yang bisa mempercantik kulit kaum ibu.

"Kalau di stunting tadi kan perannya itu di protein, nah kalau ibu-ibu itu bicara soal kolagen, kalau ingin cantik salah satu rahasianya dengan kolagen yang dibentuk dari bagian protein itu berasal dari berbagai asam amino dari ikan," kata Prof Hardinsyah.

Begitulah cara Hardinsyah melakukan berbagai pendekatan bagi kesadaran kebutuhan gizi di masyarakat. Karenanya ia mendorong peningkatan konsumsi ikan.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, target Angka Konsumsi Ikan (AKI) Nasional 2022 adalah 59,53 kg/kapita/tahun dan ditargetkan meningkat menjadi 62,5 kg/kapita/tahun pada 2024.

Selaras dengan hal ini, pemerintah terus menggelorakan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan yang justru merupakan salah satu komoditas terbesar di Indonesia.

Hardinsyah menjelaskan pentingnya ikan yang juga mengandung vitamin B3, B12 mineral Kalsium dan Fosfor, serta asam lemak DHA, Omega 3 dan 6. Termasuk vitamin B12 yang turut berperan dalam pembentukan sel darah merah untuk mencegah anemia.

“Berbagai penelitian membuktikan konsumsi Ikan yang cukup pada ibu hamil berpengaruh pada pencegahan stunting hingga berdampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan saraf otak janin dan anak. Selain itu, kebiasaan konsumsi ikan yang cukup setiap hari turut mencegah penyakit jantung koroner, yang kejadiannya selama dekade terakhir meningkat di Indonesia," kata Prof Hardinsyah.

Dia juga mengemukakan, susu juga termasuk sumber protein hewani yang mudah dicerna dan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.

Hardinsyah memang terkenal karena kontribusinya yang besar dalam bidang gizi. Ia aktif dalam berbagai penelitian dan studi terkait gizi, terutama pada masalah gizi dan pangan di Indonesia. Hardinsyah juga merupakan penulis sejumlah publikasi ilmiah dan buku-buku tentang gizi dan makanan.

Ia tidak menduga, sejak kecil ia tak pernah bercita-cita menjadi ahli gizi dan pangan.

Hardinsyah yang lahir di Kota Pekanbaru, Riau pada 7 Agustus itu, selalu ingat satu hal yang dipesankan orangtuanya agar selalu melakukan sesuatu yang terbaik dan belajar setinggi mungkin.

Ia menikah dengan seorang wanita bernama Priyani Etsuri Putri dan telah dikaruniai tiga orang anak.

Menyelesaikan dari Program Studi S1 Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University pada 1982. Melanjutkan pendidikan magister di IPB University pada bidang yang sama dan memperoleh gelar pada 1987.

Ia kemudian mendapatkan beasiswa pada 1992 untuk mengambil gelar PhD di University of Queensland, Brisbane, Australia dalam bidang Nutrition and Food dan meraih gelarnya pada 1996.

Di luar negeri, Hardinsyah punya cerita unik saat menyelesaikan kuliah. Ia melakukannya dengan cara berbeda, dibanding mahasiswa umumnya.

“Saya melakukan terobosan. Bagi calon doktor yang kuliah di luar negeri, biasanya saat pulang belum meraih gelar doktor. Itu karena disertasi harus dikirim dulu ke penguji. Setelah menanti respon selama 2-3 bulan, baru ada kata lulus atau perlu perbaikan. Waktu itu saya mengajukan tes lisan, saat itu juga kelulusan diberitahukan, sehingga gelar doktor sudah di tangan,” ceritanya.

Posisi penting diamanatkan kepadanya sejak tahun 2004. Hardinsyah dipercaya sebagai Ketua Umum Pergizi Pangan, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada pengembangan sumber daya manusia di bidang gizi dan pangan.

Di bawah kepemimpinannya, Pergizi Pangan telah melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi dan pola makan yang sehat.

Hardinsyah juga aktif sebagai pengajar di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, termasuk IPB University dan Universitas Indonesia. Ia sering diundang sebagai pembicara dalam konferensi dan seminar gizi, baik di dalam maupun di luar negeri.

Dengan pengalamannya yang luas dalam bidang gizi, Hardinsyah terus berperan aktif dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang seimbang dan pola makan yang sehat.

Bersama Pergizi Pangan, ia meraih Rekor MURI saat menggelar “Webinar Bidang Pangan dan Gizi dengan Serial Terbanyak” pada 2012.

Melalui perannya sebagai Ketua Umum Pergizi Pangan, ia berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam peningkatan kualitas gizi dan kesehatan masyarakat Indonesia.

Guru Besar Tetap Ilmu Gizi yang pernah menjabat Dekan FEMA IPB University ini juga bergiat sebagai Ketua Komisi Penghargaan dan Tanda Kehormatan Dewan Guru Besar IPB.

Berbagai posisi penting lainnya juga ditampuk oleh Hardinsyah. Pejuang gizi dan pangan ini menjadi Ketua Umum AP-CSR-Indonesia, seringkali dipercaya sebagai narasumber dan konsultan paruh waktu pada lembaga swasta, media dan pemerintah.

Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Departemen GMSK Faperta IPB, Direktur Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi IPB, Direktur Kerjasama IPB, menjadi Visiting Scholar di Cornell University, Amerika Serikat, hingga menjadi President of Federation of Asian Nutrition Societies (FANS) periode 2019-2013.

Di dunia pendidikan, ia pernah tercatat menjadi Rektor Universitas Sahid Jakarta masa jabatan 2018-2022 menggantikan pelaksana tugas rektor.

Berbagai penghargaan juga pernah diraihnya, antara lain sebagai Pelajar Teladan Pekanbaru (1977), Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Pemuda (1990), Dosen Teladan Faperta dan Dosen Teladan IPB University (1997).

Ia juga memperoleh penghargaan The Best Participant on International Training on Community Development (2005). Sebagai penulis, ia pernah meraih artikel terbaik bidang inovasi di Jurnal Kedokteran (2009).

Demi membangun pengetahuan gizi masyarakat, Prof Hardinsyah juga menjadi motor lahirnya platform online status gizi. Aplikasi ini merupakan bagian dari edukasi gizi untuk masyarakat.

Bersama Departemen Gizi FEMA IPB University dan tim Linisehat, ia berhasil menciptakan sebuah platform online untuk mengecek status gizi seseorang.

Edukasi melalui aplikasi ini terkait kesehatan dan gizi bagi masyarakat luas dan sangat penting agar Indonesia menjadi bangsa yang sehat. *

Tinggalkan Komentar