Ciptakan Konsep Agroforestri Pekarangan Berkelanjutan
Bukan hanya sekedar hobi, mengurus tanaman sudah menjadi kecintaan tersendiri bagi Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian IPB University, Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Dia telah mendesain pekarangan rumahnya dengan tanaman sejak 1998, setelah lulus S3 di Jepang.
Semua tumbuhan yang ada di pekarangannya, didesain sesuai peruntukkan. Ia memperhatikan tata ruang pekarangan (depan, samping, belakang) terlebih dahulu sebelum ditanam jenis tumbuhan yang disesuaikan pencahayaan matahari. Untuk jenis bunga yang tidak tahan panas akan ditanam di tempat teduh. Sehingga, penataan pekarangan yang dibangun tidak hanya mengutamakan estetika, tetapi juga sisi fungsional.
Berdasarkan penelitiannya selama 22 tahun, penulis buku “Pemeliharaan Taman†ini membagi konsep pekarangan berdasarkan kelompok yaitu struktur (vertikal dan horizontal), ukuran, serta zonasi.
Di tangan Hadi, pekarangan sempit dapat didesain secara vertikal yang kita kenal dengan nama vertical gardens atau vertikultur. Artinya, tanaman bisa diletakkan dalam pot gantung (hanging garden), pot berjenjang (cascade garden), dirambatkan pada anyaman kawat atau jaring nilon (eco-screen), serta ditanam di atas atap (greenroof garden).
Menurut alumni PBI itu, dari sudut ekologi, pekarangan merupakan lahan dengan sistem terintegrasi yang memiliki hubungan erat antara manusia sebagai pemilik dengan tanaman, tumbuhan, serta satwa liar, ikan, dan hewan yang diternakkan.
Di pekarangan rumahnya seluas 800 meter persegi, sekitar 170 jenis tanaman tersusun rapi. Mulai dari rerumputan, perdu, anggrek, pisang hias, hingga pohon berukuran besar seperti kamboja bali, sukun, dan rambutan binjai, tampak berseri. Tiada satu jenis pun yang tidak mendapat sinar mentari.
Bahkan, di rumahnya yang bernuansa tropis dengan satu kamar ala Jepang itu, tidak ada ruangan yang tidak dihiasi tanaman. Pohon merambat maupun yang berada dalam pot, semua memberikan pesona berbeda. Tanpa harus menggunakan alat pendingin ruangan, rumah Hadi sudah adem dengan sendirinya.
Kemampuan Hadi dalam menata pekarangan tak usah diragukan lagi. Kompetensinya di bidang ekologi dan manajemen lanskap dan gelar doktor yang diperolehnya dari The Graduate School of Technology and Science, Okayama University Jepang 1994-1998 membuatnya dikenal sebagai profesor pekarangan.
Suami dari Nurhayati Arifin itu juga berhasil menciptakan konsep agroforestri pekarangan berkelanjutan yang telah diimplementasikan oleh BKP-Kementan RI sejak 2010 melalui program P2KP, KRPL, dan oleh Yayasan Damandiri/Haryono Suyono Center melalui POSDAYA dengan Program Kebun Bergizi.
Atas dedikasinya, Ketua Program Studi Magister Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB University itu juga berhasil mengantongi sejumlah penghargaan. Di antaranya:
- Dosen Berprestasi Ranking II dengan nilai Evaluasi Proses Belajar Mengajar (EPBM) Tertinggi di PPKU UPB Tahun 2019
- Maha Karya Award 2018 sebagai Dosen dengan Publikasi Terbanyak-BEM Faperta IPB
- Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara Tingkat Provinsi Jawa Barat Bidang Riset dan Inovasi Penganekaragaman Pangan Berbasis Pekarangan Tahun 2017
- Pelopor Ketahanan Pangan, Penghargaan Bupati Bogor Tahun 2017
- The 200 Indonesian Top Scientist, Ranking 127 Tahun 2015
- Satyalancana Sujana Utama dalam Orasi Ilmiah Profesor tahun 2013
- Dosen Berprestasi Fakultas Pertanian Berbasis Evaluasi Proses Belajar Mengajar (EPBM) Tertinggi untuk tahun 2013-2017
- Penerima Penghargaan Indonesian Sampoerna Best Lecturer 2007
- Penebar Swadaya Awards “Penulis Paling Aktif 2005â€, Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta
- Dosen Berprestasi Peringkat III Nasional Tahun 2004