Polisi yang Mengerti Bahasa Hewan
Tidak banyak yang mengetahui peran profesi langka yang dilakoni Fitri. Banyak juga yang terkejut kalau ternyata Fitri adalah lulusan IPB University yang bertugas sebagai anggota polisi.
Bernama lengkap Kompol Drh Fitri Patmawati, seorang perempuan Perwira Menengah Polri yang saat ini menjabat sebagai Kaur Doksik Biddokkes Polda Jambi, tak hanya bertugas sebagai anggota polisi, ia juga berprofesi sebagai dokter hewan.
Fitri merupakan satu-satunya dokter hewan yang dimiliki oleh Polda Jambi saat ini. Ia mulai bertugas di Polda Jambi sejak 2015, saat itu, ia menjabat sebagai Kanit K9 Ditsabhara Polda Jambi, kemudian tepat pada 2017, ia ditugaskan di Biddokkes Polda Jambi dan memiliki peran penting sebagai dokter hewan yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat, juga anggota Polri sendiri.
Menurutnya, sejauh ini, banyak orang beranggapan, peran seorang dokter hewan yang bertugas di kepolisian hanya terbatas pada perawatan K9, atau yang lebih dikenal sebagai anjing pelacak.
"Banyak yang beranggapan, dokter hewan ya hanya mengurus K9 saja, padahal banyak hal yang bisa dilakukan di luar itu," kata perempuan kelahiran Serang, Banten 8 Juni 1986 tersebut.
Padahal, perannya jauh lebih banyak. "Mulai dari sisi kesehatan, profesi dokter hewan juga berperan penting, dalam melakukan pencegahan preventif kesehatan manusia, dan menjaga keamanan bahan pangan hasil hewan," ujar Fitri Patmawati yang juga aktif membuka praktek di rumahnya sebagai dokter hewan.
Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan AKP. Parno dan Ruwati ini, menuturkan pencegahan preventif kesehatan, dokter hewan sangat berperan penting, dimana ada sejumlah penyakit yang dapat ditularkan oleh hewan. "Kalau dari bahan pangan hasil hewan, seperti telur, susu dan daging itu kan, ya itu kita yang kontrol," imbuh Kompol Fitri.
Yang menariknya lagi, dokter hewan juga memiliki peran tersendiri dalam bidang forensik. Dengan segudang pengalamannya, Polwan cantik yang sebelumnya bertugas di Direktorat Polisi Satwa Baharkam Polri ini menjelaskan, dokter hewan juga dibutuhkan dalam pengungkapan kasus tertentu.
"Yakni terkait dengan Forensik Veteriner, Dokter hewan akan berperan, terkait pemeriksaan kasus kematian yang disebabkan oleh hewan," ujarnya.
Pada proses itu bilangnya, dengan bidang ilmunya tersendiri, dokter hewan akan memeriksa penyebab hewan tersebut melakukan penyerangan terhadap manusia hingga tewas.
Dokter hewan juga berperan untuk membantu kasus kekerasan terhadap hewan, yang sering ditangani oleh komunitas pecinta hewan.
"Seperti kasus yang sempat viral di wilayah Medan, Sumatera Utara, dimana, sang pemilik menemukan kepala kucingnya telah dipotong oleh seseorang," cerita Fitri.
Lebih lanjut Fitri, untuk membuktikan hal tersebut, forensik veteriner menjadi kunci pemecahan masalah tersebut, dimana dokter hewan akan menjadi saksi ahli untuk pembuktian tersebut.
“Saya berharap, di Kepolisian ada dokter hewan ahli forensik veteriner yang telah disekolahkan khusus di luar negeri, sehingga bisa menjadi saksi ahli," jelasnya.
Meski berprofesi sebagai dokter hewan, tidak jarang, Fitri turut dalam sejumlah kasus-kasus yang berhubungan dengan forensik dan identifikasi, yang tergolong ekstrem atau menyeramkan.
Terakhir, Fitri juga turut membantu dalam proses identifikasi penemuan tengkorak manusia di dalam mobil, yang tenggelam di kanal PT WKS Tanjung Jabung Timur, beberapa waktu lalu.
“Yang tangani langsung itu, ya dokter spesialis forensiknya, tetapi saya bagian managerialnya, tetapi tetap turun langsung ke lokasi,” kata Fitri.
Dirinya sempat merasa takut, tetapi seiring berjalannya waktu, dan komitmen dalam membantu pengungkapan kasus, rasa takut Fitri berangsur hilang.
“Awalnya sih ada rasa takut gabung dengan Dokter forensik, karena ketemu sama jenazah manusia yg tidak utuh, tinggal tengkorak, pastilah ada rasa rakut,” bilang Fitri.
Memulai pendidikan formalnya di TK PGRI Serang pada tahun 1989 kemudian pada 1991 penulis mengenyam pendidikan dasarnya di SD N Unyur Serang dan lulus pada 1997. Fitri melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 07 Serang dan lulus pada tahun 2000. Pendidikan menengahnya ditempuh di SMA Negeri 01 Cipocok Jaya-Serang mulai tahun 2000 dan selesai pada tahun 2003.
Tahun 2003 Fitri diterima di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH)-UGM melalui jalur UM-UGM sekaligus juga diterima di FKH IPB University melalui jalur USMI. Dengan berbagai pertimbangan, ia akhirnya memilih untuk melanjutkan Pendidikan Tingginya sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Semasa kuliah, Fitri aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Aikido pada tahun 2003/2004, Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Liar pada tahun 2004/2005 saktif sebagai ketua Veterinary English Club (VEC) pada tahun 2005/2006.
Fitri sangat memang sangat menikmati tugasnya, karena memang dirinya penyayang hewan, jadi dirinya sangat enjoy ketika bertugas menangani satwa K9 maupun kuda saat bertugas.
Tugas yang paling berkesan, saat dirinya ditugaskan menjadi salah satu polwan pasukan berkuda, banyak ilmu berkuda dan pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Meski ada sukanya, kejadian menyedihkan juga kerap terjadi.
"Dukanya, saya sedih ketika satwa sakit yang ditangani tidak bisa selamat. Amat disayangkan, saya bisa merasakan itu," sampainya.
Fitri juga menguasai ilmu Linking Awaranes, atau akrab dikenal sebagai ilmu telepati. Kata Fitri, ilmu Linking Awaranes merupakan bidang ilmu yang mampu berkomunikasi non verbal pada hewan, mulai dari kucing, anjing, gajah dan hewan lainnya.
“Ini ilmu ini membuat kita mampu berkomunikasi dengan hewan, tetapi non verbal ya. Bukan berarti bisa bicara ke hewan seperti ke manusia,” kata Fitri.
Dengan menguasai ilmu tersebut, katanya, ia dapat memahami psikologis hewan, mulai dari penyebab hewan stres, tidak nafsu makan dan lain sebagainya.
Fitri memang pernah mengikuti kelas atau pelatihan skala internasional tentang Ilmi Linking Awaranes di Waykambas. Disana, ia dipertemukan dengan Polwan dari berbagai negara, mulai dari Polwan dari negara Kanada, India serta negara lainnya.
Untuk menguasai ilmu tersebut butuh proses dan latihan yang disiplin dan harus diasah secara terus menerus. Fitri menjelaskan, pada kehidupan sehari-hari, hewan juga mencoba berkomunikasi dengan manusia. Hanya saja, manusia tidak memahami, sehingga banyak hewan peliharaan yang stres.
“Jadi sebenarnya, mereka menyampaikan pesan, mulai dari bagian-bagian tubuh yang tidak mau disentuh oleh manusia, dan lainnya,” tutup Fitri. **