Farid Poniman

Sang Penemu Metode Mengenali Kecerdasan dan Potensi Diri

Penemu STIFin Alumni IPB Angkatan : 20 (1983) Jurusan/Fakultas : FAPERTA-S1

Tepat enam belas tahun lalu, penemuan penting yang berkaitan dengan mengenal kecerdasan dan potensi diri seseorang berhasil ditemukan seorang alumni IPB. Namanya Farid Poniman.

Menurut Farid, sebuah penemuan merupakan amal jariyah. Penemuan yang bermanfaat ke masyarakat merupakan amal jariyah yang amat besar. Pria kelahiran Pamekasan, Madura, 52 tahun lalu ini berpikir dan menyimpulkan, beberapa konsep Barat perlu dikritisi. Farid menemukan banyak missing link antar teori yang ada. Pada akhirnya muncul penemuan STIFin.

STIFin merupakan singkatan dari sensing, thinking, intuiting, feeling dan insting. Menurut Farid, ada beberapa jenis kecerdasan dan setiap orang memiliki kecerdasan dengan tingkat kapasitas yang berbeda-beda.

”Jangan salah didik, harus sesuai dengan jenis kecerdasannya, jika salah nanti tidak maksimal juga hasilnya”

Melalui penemuan tersebut, orang dapat mengenali jenis kecerdasan dirinya. Ketika seseorang mengembangkan kecerdasan di jenisnya, dia telah melangkah awal dengan tepat. Setelah itu barulah mengasah diri dengan mengembangkan potensimya.

Farid menilai, keduanya bisa bersinergi dengan baik untuk mencapai kesuksesan. Farid menjelaskan, paling berpengaruh dan diperlukan dalam membimbing seseorang menemukan potensi diri ialah sosok seorang ayah.

Secara genetik, ucap Farid, ayah menurunkan kecerdasan kepada anaknya. sosok Ayah merupakan petunjuk anak setelah lahir dan segala visi misi seorang ayah merupakan arah seorang anak.

Alumni IPB angkatan 20 ini memaparkan bahwa mahasiswa, khususnya di IPB, dapat mudah mencapai apa yang diimpikannya.

“Cari alumni yang berhasil. Mahasiswa IPB harus jeli melihat pengalaman senior-seniornya yang sudah berhasil dan menirunya,” tutur Farid.

Mahasiswa dapat memanfaatkan kisah sukses para alumni yang banyak berkiprah di segala bidang. Idealnya, HA-IPB harus mampu mewadahi alumni-alumni IPB yang memiliki peran, posisi, ilmu agar semuanya dapat dikonvensi menjadi Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Untuk mewujudkan itu, menurut alumnus jurusan pertanian IPB ini, HA-IPB perlu pemimpin yang visioner. Pemimpin yang memiliki banyak waktu, energi serta sumber daya lebih untuk HA-IPB.

Tinggalkan Komentar