Hobi Naik Gunung, Tak Sungkan Turun Lapangan
Di puncak gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, hati Evrina Budiastuti bergetar mengagumi ciptaan Tuhan. Pemandangan langit yang membentang dan tanah yang tampak menghampar dari ketinggian 3.726 mdpl, meruntuhkan hatinya.
Di atas gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia itu, ia merasa kecil. Ia takluk pada keagungan Tuhan.
Begitulah kira-kira sikap yang tergambar dari seorang Evrina, sederhana dan selalu rendah hati. Bukanlah menjadi jumawa ketika sepak terjangnya, setapak demi setapak mengantarkan ia di puncak berbagai prestasi.
Semakin berada di atas, ia merasa harus semakin membumi. Karena menurutnya, tanggungjawab pun harus semakin besar.
Kondisi yang sama dialaminya saat ia dinobatkan sebagai Penyuluh Pertanian Teladan Tingkat Nasional Tahun 2019 lalu.
Bukannya tak bangga, Evrina mengaku bahagia. Namun seiring keberhasilannya menerima penghargaan dari Menteri Pertanian Kabinet Kerja 2014–2019, Andi Amran Sulaiman di gedung Kementrian Pertanian, membuat ia makin termotivasi untuk mendedikasikan peran dan fungsinya sebagai penerang bagi para petani.
Ya, perempuan yang gemar naik gunung ini memang berprofesi sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Bagi Evrina, gunung mengajarkan banyak hal. Salah satunya, mengajarkan ia untuk percaya pada diri sendiri.
Keinginannya untuk menaklukan gunung sudah terpendam sejak masa kuliah, tetapi restu orang tua tak kunjung didapatkannya. Namun keinginan Rina – begitu ia biasa disapa, baru terwujud ketika menikah dengan Mohyiyi Abbas, seseorang yang juga sama-sama mencintai gunung.
Evrina mulai aktif menjadi seorang penyuluh sejak 2012. Sebagai PNS, saat itu ia ditempatkan untuk menjadi Penyuluh yang
mengelola pendampingan pertanian di Desa Cikarawang, Desa Babakan, dan Desa Dramaga.
Sejak januari 2022 Evrina dipindahkan tugasnya ke Desa Pasir Eurih, Desa Sirnagalih, Desa Sukamantri dan Desa Tamansari di Kecamatan Tamansari. “Jadi yang tadinya hanya pegang 3 desa, sekarang jadi 4 desa,” jelas Evrina.
Dalam tugasnya, ia tak pernah sungkan terjun ke lapangan. Masuk ke sawah dan ladang. Bergelut dengan tanah dan lumpur.
Tak sampai disana. Bagi Evrina, penyuluh pertanian di era milenial juga dituntut untuk kreatif, bahkan familiar dengan dunia digital.
Karenanya, dirinya tak sekedar membina petani dengan membangun kelompok tani dan gapoktan. Tapi juga membantu memasarkan produk dengan membuat aplikasi pemasaran.
Evrina mengatakan, untuk menjembatani pemasaran produk hasil kelompok agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat secara luas, dirinya mencetuskan ide membuat suatu wadah pemasaran yang menampung semua hasil produk dalam satu pintu.
“Saya kemudian membuat website yang merupakan wadah digital agar dapat diakses masyarakat secara luas,” kata Evrina.
Jumlah kelompok tani yang dibina di 3 desa itu dibagi dengan 11 kelompok. Terdiri dari 7 kelompok tani (poktan) dan 4 kelompok wanita tani (KWT) mulai dari kelas kelompok lanjut hingga utama.
Evrina juga membina Gapoktan Mandiri Jaya, LKMA/KSU Mandiri Jaya, KEP Tani Jaya Bersama, Posluhdes Desa Cikarawang, dan GP3A.
Bukan tanpa tantangan. Untuk mengetahui potensi wilayahnya, Evrina terlebih dahulu melakukan pemetaan dengan melibatkan poktan yang memiliki bidang usaha di budidaya dan KWT yang bergerak di bidang olahan pangan.
“Selama makhluk hidup di bumi ini masih membutuhkan pangan, maka pertanian akan selalu ada. Jangan patah semangat untuk terus melestarikan dan mengembangkan dunia pertanian meski tergerus oleh perkembangan zaman,” ungkap Evrina.
Dari hasil pemetaan komoditas, ada 3 poktan yang memang khusus menanam padi. Kemudian ada 2 Poktan yang fokus mengusahakan subsektor hortikultura berupa sayuran daun serta buah jambu kristal yang pasarnya lebih mudah dijangkau.
Namun ada 2 poktan lagi yang mengusahakan komoditas khusus yaitu palawija yang memerlukan peningkatan nilai tambah.
Dua kelompok tersebut adalah Poktan Hurip yang menghasilkan ubi jalar dan Poktan Setia yang menghasilkan singkong. “Saat ini saya sedang mengorbitkan petani singkong penghasil mocaf”, jelasnya.
Pantas saja jika Evrina terpilih menjadi satu-satunya penyuluh pertanian yang mewakili penyuluh milenial se-Indonesia, diantara 66 petani yang dikukuhkan menjadi Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA).
Evrina menyelesaikan pendidikan S1 pada Jurusan Agronomi Hortikultura di IPB University pada tahun 2006.
Keseharian Evrina, juga aktif sebagai seorang blogger dan nano influencer, disamping kegiatan penyuluhan dan kegiatan administratif lainnya, dia rajin mengupdate informasi karena sadar amanah yang diembannya sebagai Duta Petani Milenial tidaklah ringan.
“Salah satu tugas DPM adalah menjadi jembatan antara Kementerian Pertanian dan masyarakat untuk menyampaikan visi misi dan program kerja Kementerian Pertanian yang bertujuan akhir untuk mencapai kesejahteraan petani,” tegasnya.
Tak hanya itu, sederet prestasi dan penghargaan diraih Evrina dengan profesi yang sangat dicintainya. Ia juga pernah menjadi Juara 3 PNS Berprestasi Jawa Barat 2021 Kategori PNS Inspiratif Kabupaten/Kota, Juara 2 Blog Writing Competition BLUS ROG Unstoppable yang diadakan oleh Asus Indonesia, Tahun 2018 menjadi salah satu pemenang dalam Sobat Air Ades yang mengikuti Program Conservacation di NTT, dan tahun 2017 Juara 1 Lomba Menulis Pantau Gambut.
“Saya termotivasi untuk mengorbitkan para petani maju yang ada di kelompok tani atau desa untuk menjadi motor penggerak bagi petani lain di kelompok atau desanya,” ujar perempuan kelahiran Jakarta, 29 April 1985 itu.
Evrina juga membuat publikasi dan ajakan atau gerakan sederhana “Ayo Menanam” untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan agar masyarakat bisa mencoba mandiri pangan dari rumah sendiri. Ia juga aktif mengisi blogger miliknya, evrinasp.com dan juga blog lainnya, evventure.com.
“Kini, penyuluhan tidak hanya tatap muka, tetapi juga dapat melalui media sosial yang interaktif, dan jejak digital sebagai salah satu bukti kinerja, serta tanggung jawab mendukung pembangunan pertanian tidak hanya di wilayah binaan saja, tetapi meluas hingga ke level masyarakat di luar wilbin,” ujar perempuan yang juga terhimpun di organisasi Perhiptani ini.
“Saya juga sedang memperbanyak materi-materi penyuluhan pertanian dengan bahasa yang mudah dipahami untuk menggerakkan masyarakat mencoba berkontribusi di sektor pertanian yang dapat ditularkan ke anggota keluarganya,” pungkasnya. ***