Memilih Jalan Hidup demi Keberkahan
Menjadi pribadi yang sukses harus melalui beberapa fase dalam hidup. Pada awal karir, biasanya orang tidak punya banyak waktu luang dan rezeki. Lalu saat banyak rezeki, waktu luangnya malah semakin berkurang. Puncaknya adalah saat rezekinya banyak dan waktu luangnya juga banyak.
“Itu fase puncak menikmati kesuksesan kita,” ujar Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Kerjasama, dan Hubungan Alumni IPB University, Dodik Ridho Nurrochmat. Karenanya, kesuksesan kita haruslah dibarengi dengan keberkahan.
“Keberkahan datang saat apa yang kita usahakan selama ini dapat bermanfaat untuk diri kita, keluarga, dan orang banyak,” jelasnya.
Guru besar ini memang menapaki perjalanan hidup dengan upaya keras dan sungguh-sungguh hingga dikenal memiliki jaringan yang luas, baik nasional maupun internasional.
Hingga sekarang, Dodik tak jarang turun langsung di lapangan membantu merumuskan solusi persoalan sosial-ekonomi dan kebijakan pertanian, kehutanan dan lingkungan hidup di berbagai pelosok nusantara dari Aceh sampai Papua.
Dodik juga terus memperluas dan memperkuat kerja sama dengan mitra IPB di manca negara serta konsisten berupaya memperbaiki kinerja IPB di berbagai lembaga pemeringkatan bereputasi hingga IPB berhasil menembus peringakat TOP 50 QS WUR (World University Ranking) by subject Agriculture and Forestry, sesuai dengan tugasnya sebagai Wakil Rektor yang membidangi internasionalisasi, termasuk pemeringkatan perguruan tinggi.
Putra kelahiran Ponorogo, 29 Maret 1970 ini, saat di bangku SMA, pernah menjuarai Cerdas Cermat Tingkat SMA se-Provinsi Jawa Timur di TVRI Surabaya dan sempat mendapat tawaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk diusulkan mengikuti studi di luar negeri, program beasiswa yang digagas oleh B.J. Habibie, sesaat setelah lulus dari SMAN 1 Ponorogo tahun 1989.
Bersamaan dengan itu, ia juga mendapat kesempatan untuk kuliah di IPB melalui Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK).
“Ketika saya berdiskusi dengan ayah saya, ayah bilang kalau saya lebih baik kuliah di IPB dulu. Setelah itu kalau memang rezeki, kesempatan studi ke luar negeri Insya Allah akan datang lagi pada waktunya,” kisah Dodik.
Dodik akhirnya memilih untuk kuliah di Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Setelah lulus pada 1994, ia sempat bekerja pada sebuah grup industri kayu terpadu di Jakarta.
Hingga di kemudian hari, perkataan ayahnya menjadi kenyataan.
Pada 1997 Dodik berkesempatan menempuh studi master bidang Ekonomi Kehutanan Program Studi Kehutanan Tropika di Universitas Goettingen, Jerman. Bahkan, di perguruan tinggi yang sama, tahun 2005 Dodik meraih gelar Doktor Politik Kehutanan dan Konservasi Alam dengan predikat Summa Cumlaude.
“Apa yang disampaikan ayah saya benar adanya. Saya berkesempatan mengenyam pendidikan di Jerman dan tinggal selama sekitar 6 tahun di negeri tempat Prof. B.J. Habibie menempuh studi,” tutur Dodik.
Semasa kuliah, ia menjadi mahasiswa berprestasi utama Fahutan IPB tahun 1992 dan lulus sebagai wisudawan terbaik Fahutan tahun 1994.
Dodik juga aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor Komisariat Fakultas Kehutanan (Fahutan), Ketua Umum Senat Mahasiswa Fahutan, Sekjen Rimbawan Muda Indonesia (RMI), Ketua SC/Co-Founder ASEAN Forestry Students Association (AFSA), dan Assistant Representative International Forestry Students Association (IFSA) for the Asia Pacific Region.
Tahun 1995-1996 bekerja sebagai konsultan Sistem Manajemen Mutu di Jakarta dan menggenggam sertifikat Lead Assessor Course QMS ISO-9000. Dodik lalu kembali ke almamater pada 1996 sebagai staf pengajar di Fahutan IPB.
Dodik diangkat sebagai Guru Besar Tetap di Fahutan IPB sejak tanggal 1 Agustus 2017 dan memperoleh sertifikat Insinyur Profesional Utama (IPU) dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII) pada tahun yang sama.
Selain mengajar di almamater, alumnus Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) scholar ini juga diberi amanah sebagai Ketua Dewan Pakar Persatuan Sarjana Kehutanan Indonesia (PERSAKI) (2015-sekarang), serta anggota International Council of the International Union of Forest Research Organizations (IUFRO) (2005-sekarang).
Dodik menduduki posisi Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Kerjasama, dan Hubungan Alumni IPB sejak tahun 2021, setelah sebelumnya menjadi Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi IPB (2018-2021), Direktur Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian IPB (2013-2018) dan Direktur Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni IPB (2008-2013).
Selain mengajar dan membimbing mahasiswa S1, S2, S3 di IPB ia juga menginisiasi kerja sama akademik dan riset dengan berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, serta menjadi editor di beberapa jurnal internasional bereputasi diantaranya: Forest Policy and Economics (Elsevier), Forest and Society, dan Jurnal Manajemen Hutan Tropika.
Selain itu, Dodik juga dipercaya menjadi reviewer tidak hanya jurnal tetapi juga buku di berbagai penerbit bereputasi, termasuk Springer Nature, dan pernah memperoleh penghargaan sebagai Outstanding Reviewer di Elsevier.
Dodik pernah menjadi dosen tamu di Universiti Malaysia Sabah, Leeds University UK dan Goettingen University Jerman, serta menjadi pembimbing/penilai/joint supervisory thesis dan disertasi mahasiswa University of Malaya - Malaysia, Oxford University - UK, IDHEAP Lausanne University - Swiss, Copenhagen dan Roskilde University - Denmark, Goettingen dan Darmstadt University - Jerman, Leeds University - UK, dan Michigan University - USA.
Ia juga dikenal memiliki jejaring yang kuat dengan berbagai institusi, di antaranya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Bappenas, Bank Indonesia, DPR-RI, DPD-RI, Dewan Pertimbangan Presiden serta di beberapa lembaga internasional seperti World Bank, ADB, UNREDD, GIZ, USAID, DFID, ACIAR, ITTO, CIFOR, WWF, TBI, NRDC-TNC dan lembaga lainnya.
Melihat perjalanannya, Dodik berani bersikap mengambil pilihan hidup. Ada yang pantas diperjuangkan, ada yang perlu mendapat keberkahan.