Sang Duta Pembuka Mata Cakrawala
MENULIS bukan pekerjaan mudah. Tapi juga bukan pekerjaan yang menyulitkan. Butuh ketelitian dan kesabaran, tak bisa dibuat tergesa-gesa. Keahlian ini memang tidak bisa dianggap enteng.
Keterampilan berbahasa, gagasan hingga pengolahan sumber data menjadi bagian dari jiwa penulisan. Demikian Ditta Hakha Soleha menyadari pentingnya menghargai kemampuan menulis. Sebuah sikap yang menjadikannya sebagai penulis handal.
Bakat dan kesenangan Ditta pada menulis, sudah tumbuh sejak masa kecil di Sekolah Dasar.
Pada 2013 karya pertama Ditta akhirnya diterbitkan oleh sebuah penerbit dari Bandung.
Selepas SMA, Ditta yang awalnya ingin mewujudkan cita-citanya sebagai seorang Duta Besar ternyata harus berbelok arah.
Dia diterima di Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian di kampus IPB University pada 2015. Namun minat dan kepiawaiannya menulis tak pernah berhenti.
‘’Saya memang suka sastra,’’ kata dia. Dia pun terus konsisten belajar dan bergelut dalam komunitas menulis di kampusnya.
Ditta bercerita, saat di kampus cakrawalanya pun terbuka. Baginya jika kita bersungguh-sungguh mau membuka mata, sesuatu bisa mudah kita pahami. Karenanya, harus terbiasa membaca.
"Kuncinya untuk menulis itu satu, membaca. Kalau membacanya sudah jarang pasti menulisnya juga akan canggung," katanya. Dengan membaca, karya yang disuguhkan juga akan menjadi tulisan yang mampu mencerdaskan dan membuka cakrawala.
Dalam sebuah kompetisi antarmahasiswa di DKI Jakarta, ia berhasil menempati posisi juara. Termasuk ikut dalam sebuah kompetisi tingkat kampusnya.
‘’Ya di kampus akhirnya ikut lomba dan komunitas-komunitas gitu,’’ kata dara kelahiran November 1996 ini.
Gadis asal Kecamatan Dander, Bojonegoro ini cukup produktif dalam menulis buku, terutama novel-novelnya yang sangat ternama di masa kini. Bukunya juga sudah banyak beredar dan kerap menyandang buku best seller.
Nama Ditta Hakha Soleha akhirnya terkenal sebagai salah seorang penulis buku dan novel produktif di Indonesia.
Saat di IPB University, Ditta yang awalnya belajar menulis secara otodidak akhirnya menemukan seorang mentor di kampus yang juga sesama pegiat kepenulisan di kampusnya.
Ditta pun pernah digembleng untuk pelatihan menulis fiksi selama dua minggu. Dari sanalah dia mulai mengenal berbagai karya sastra.
Dalam proses menulisnya, Ditta pun rajin melahap buku-buku kesukaan, diantaranya kumpulan cerpen karya Agus Noor.
Ditta pun mulai bertransformasi. Jika sebelumnya dia menulis serial anak-anak dan dunia imajinasinya anak, kini dia mulai tertantang untuk menulis jenis lainnya. Sebuah cerpen akhirnya terkumpul dalam buku antologi cerpen.
‘’Pernah juga nulis naskah teater,’’ katanya. Nah, karya naskah teater itu pun tak lepas dari surealis. Ditta terus belajar untuk mengasah keterampilannya sebagai seorang penulis.
Dia yang dikenal sebagai penulis cerita anak ataupun remaja ini belum menjatuhkan pilihan kelak akan tetap menulis bersifat fantasi ataupun akan melangkah mengikuti zaman.
Beberapa karya fenomenal yang digemari pembaca lahir dari gagasannya seperti "Reinkarnasi", "Hitori Kakurenbo", "D`Eiffel, "Loh Ringin", dan "Misteri Aldira" yang merupakan lima dari 12 novel karangan Ditta yang sudah diterbitkan Mizan dengan genre Horor dan "slice of life" sebagai bacaan yang ditujukan bagi anak-anak dan remaja.
‘’Aku belum memilih itu. Menunggu saja, yang baik bagaimana,’’ kata dia. Ditta pun telah menyiapkan naskah novelnya yang baru. Kali ini, novelnya masih ber-genre sama.
Ke depan, Ditta masih ingin tetap menulis meski dirinya berkuliah di IPB University yang tak ada hubungannya dengan sastra.
Namun, kata dia, di jurusan Teknologi Pangan ada banyak ide untuk dituliskannya. Misalnya tulisan tentang kuliner atau yang berbau masakan.
Prestasi Ditta ternyata tak hanya menulis. Di jurusan itu, saat masih mahasiswa ia berhasil menjadi Juara 2 pada ajang Developing Solutions for Developing Countries (DSDS) Competition, di New Orleans, Amerika Serikat tanggal 2-5 Juni 2019.
DSDS Competition merupakan kompetisi tahunan di bidang teknologi pangan, yang diselenggarakan oleh Institute of Food Technologist Student Association (IFTSA).
Perempuan yang menyandang Duta IPB University 2018 ini, juga pernah menjadi perwakilan untuk menghadiri Seminar dan Simposium Bersama Internasional Tri-U ke-26 tahun 2019 di Universitas Jiangsu, China pada 2019.
Sang duta, sebelumnya juga pernah meraih Juara ke-3 Kompetisi Proyek Sarjana Pertanian Asia Pasifik 2018 Universitas Pingtung, Taiwan.
Lulus dari IPB University pada 2020, Ditta melanjutkan untuk menempuh pendidikan Master of Food Technology di Wageningen University and Research, Belanda sejak 2022 lalu hingga kini.
Ia bahkan dipercaya sebagai Sekretaris Dewan Pengurus Cabang Internasional (DPCI) Himpunan Alumni (HA) Institut Pertanian Bogor (IPB) University di Belanda. *