Deni Noviana

Penebar Semangat Baru Kedokteran Hewan

SEJAK kecil, Deni Noviana memang penyayang hewan. Ia mengisahkan pernah memelihara beragam spesies anjing, kucing, ikan, hingga hewan kesayangan lainnya. Rasa tanggung jawabnya terhadap hewan, ditanamkan oleh ayahnya.

“Dulu rata-rata hewan yang bisa dipelihara bisa dikatakan pernah saya pelihara. Itulah awalnya mengapa saya ingin melanjutkan ilmu terkait dengan kedokteran hewan,” ungkap Deni.

Setelah menempuh pendidikan dasar hingga SMA di Bogor, Deni memilih IPB University sebagai tempat untuk mengejar mimpinya menjadi dokter hewan. Meski banyak yang mempertanyakan pilihannya untuk masuk kedokteran hewan, tekadnya tidak pernah goyah.

Ia mendapat gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada 1995. Pada masa kuliah S1, Deni mendapatkan kesempatan untuk pertukaran pelajar di Jepang. Kesempatan ini memberinya perspektif baru tentang dunia kedokteran hewan.

Setelah kembali ke Indonesia, Deni melanjutkan pendidikan ko-asisten, yaitu Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) untuk mendapatkan gelar dokter hewan pada 1997.

Tidak lama kemudian ia mendapat kesempatan untuk menyelesaikan program doktoral selama 5 tahun di Jepang. Kesempatan melanjutkan kuliah itu diteruskannya di Yamaguchi University dan mendapat gelar akademik Doktor pada 2004.

Selama perjalannya berkarir, berbagai penghargaan didapatkan Deni diantaranya Inovasi Indonesia Paling Prospektif (2014, 2015, 2017), Developing Country Scholarship Award pada World Biomaterial Congress 2016, Yarsi Researcher Award-Indonesia Researcher in Life Science 2017 dan penghargaan Most Cited Articles 2016-2019 dari Journal of Orthopaedic Translation.

Karirnya terus bersinar hingga Deni menjabat sebagai Dekan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University yang awalnya bernama Fakultas Kedokteran Hewan (FKH).

“FKH merupakan bagian dari IPB University yang memiliki satu rumpun ilmu. Melalui Surat Keputusan Rektor IPB Nomor 328 Tahun 2021 bertransformasi dan berubah nama menjadi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB),” terang Deni.

Dengan perubahan dalam bentuk sekolah ini, pada masa yang akan datang SKHB dimungkinkan dapat membentuk program studi baru di bawah SKHB. Seperti biomedis, farmasi, dokter hewan spesialis dan bidang ilmu lainnya yang memiliki rumpun yang sama.

Pada 17 Februari 2023, ia diangkat menjadi Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan karena dinilai memiliki integritas, kapabilitas, dan akseptabilitas bagi IPB University.

“IPB University merupakan perguruan tinggi dengan hasil inovasi terbanyak di Indonesia. Inovasi tersebut di antaranya adalah One Village One CEO (OVOC) dan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang telah menyasar wilayah-wilayah basis pertanian di Indonesia,” ujar Deni Noviana.

Tidak hanya itu, Deni Noviana menyampaikan, IPB University telah banyak melakukan kerja sama internasional. Ada sebanyak 429 MoU Internasional aktif dengan berbagai negara di seluruh dunia.

Deni Noviana dikenal sebagai seorang Profesor di bidang bedah dan radiologi. Ia juga menjabat sebagai profesor tamu di Universitas Laval, Kanada.

Keahliannya berada pada bidang implantasi medis, pencitraan diagnostik, terutama dalam echokardiografi, ultrasonografi, dan radiologi.

Pada tahun 2015, ia juga diangkat menjadi Direktut Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) IPB University. Deni Noviana mengungkapkan pemanfaatan hewan dengan bijaksana untuk menunjang pendidikan dan penelitian saat ini semakin diperlukan.

RSHP IPB merupakan rumah sakit hewan terbesar dan terbaik yang ada di Indonesia dengan total luas lahan yang berkisar satu hektar. Dari sisi fasilitas, RSHP IPB merupakan rumah sakit hewan yang terlengkap di tanah air. Tidak heran RSHP IPB University merupakan rumah sakit hewan rujukan.

"Selain itu, RSHP IPB University secara khusus memiliki tambahan fungsi sebagai penunjang pendidikan yang menjadi rujukan di Indonesia," jelas Deni.

Disinilah pihaknya juga telah bekerjasama dengan University Teknologi Malaysia dan Laval University Canada dengan mengembangkan inovasi implan tulang berbahan dasar logam yang terdegradasi, yakni magnesium dan besi maupun kombinasi logam dan keramik.

"Ini merupakan temuan baru dalam prosedur penanganan medis karena memiliki keunggulan dapat diaplikasikan pada trauma tulang pasien yang berusia muda,” beber Deni.

Melalui inovasi itu, hewan pasien tidak perlu melakukan operasi kedua untuk pencabutan implan karena bahan implan akan terdegradasi dan diserap oleh sistem tubuh.

Inovasi temuan Prof. Deni ini dapat diaplikasikan untuk implan tulang manusia dan hewan.

Selain sudah didaftarkan untuk mendapat perlindungan hak kekayaan intelektual (paten), inovasi ini juga mendapatkan penghargaan sebagai inovasi paling prospektif Indonesia dari Business Innovation Center pada 2015.

Saat ini, ia memimpin beberapa proyek penelitian nasional dan internasional guna mendukung industri nasional Indonesia. Atas riset-riset tersebut, ia telah menerima dua penghargaan nasional dan satu penghargaan internasional pada tahun 2015 dan 2016.

Ia juga telah menerbitkan banyak artikel ilmiah di jurnal internasional serta beberapa buku yang diterbitkan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Deni Noviana, lahir di Bogor tahun 1972, menghabiskan hampir seluruh hidupnya di kota hujan tersebut. Sang Ayah merupakan PNS di Pemkot Bogor, dan ibunya adalah seorang guru.

Dari kisah perjalanan hidupnya, ia menyampaikan betapa pentingnya untuk memiliki visi, beradaptasi, dan membangun relasi dalam meniti karier.

Deni Noviana mengajarkan bahwa dengan tekad yang kuat, dukungan keluarga, dan kesempatan yang dimanfaatkan dengan baik, dapat mengantarkan seseorang mencapai puncak prestasi. Deni sudah memberikan semangat baru dalam dunia kedokteran hewan.*

Tinggalkan Komentar