Budi Tangendjaya

Peneliti Tanpa Henti

 

Kegigihan dan ketekunan adalah kunci dalam penelitian. Hasil nyata sebuah penelitian terlihat manakala manfaatnya dirasakan oleh masyarakat luas. Semangat unuk belajar juga tak boleh putus. Kebiasaan memanfaatkan waktu dengan baik harus ditumbuhkan sejak kecil.

Begitulah yang terjadi pada Budi Tangendjaya (F8). Profesor kelahiran Kadipaten Majalengka, 8 Oktober 1954 ini adalah peneliti utama dalam bidang pakan dan nutrisi ternak. Sejak kecil, ia sudah memiliki semangat dalam belajar.

Masa kecilnya berada di desa yang dulu belum dialiri listrik sepanjang hari. “Saat itu listrik masih susah dan hanya menyala saat malam hari. Itu pun dari jam tujuh hingga sepuluh malam saja. Tapi sebisa mungkin saya tetap memaksimalkan waktu untuk belajar,” kenang Budi.

Meski saat ini bekerja pada Kelompok Peneliti di Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Budi selalu berprinsip bahwa belajar tak boleh berujung.

Budi Tangendjaja diterima sebagai mahasiswa di IPB University tahun 1971. Selama kurang lebih empat tahun menempuh masa studi, ia lulus menjadi seorang insinyur bidang teknologi pangan.

Budi menyelesaikan pendidikan Strata 1 di Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (FATEMETA), Institut Pertanian Bogor (Ir.tahun1976), melanjutkan pendidikan di IPB University dan mendapatkan gelar M.S. (S2) jurusan Ilmu Pangan pada tahun 1978. Ia tetap bersemangat menempuh pendidikan sambil bekerja di Balitnak.

“Setelah lulus sarjana tahun 1976, saya mendapatkan beasiswa untuk lanjut sekolah master di IPB. Baru satu tahun menjalani masa studi, saya diterima kerja di Balai Penelitian Ternak (Balitnak),” ceritanya.

Saat menjalani masa kuliah sekaligus bekerja di Balitnak, hal itu yang membuatnya banyak berkenalan dengan para peneliti asing. “Saat itu banyak kerja sama penelitian dengan Australia, akhirnya itu juga yang membuat saya mendapatkan beasiswa untuk kuliah master lagi di Australia pada tahun 1978,” tutur Budi.

Kecerdasan yang ia miliki membuatnya kembali mendapat beasiswa untuk program doktoral di negara yang sama. Budi mendapatkan beasiswa Colombo Plan pada tahun 1978 untuk melanjutkan pendidikan di Australia. Pada tahun 1980 mendapatkan gelar Master kedua (M.App.Sc) dalam bidang makanan ternak dari University of New South Wales, Sydney.

Selepas pulang dari Australia pada tahun 1983, ia kembali menjalani aktivitas meneliti di Balitnak. Setelah itu langsung melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan gelar Doctor of Philosophy (S3) dalam bidang makanan ternak dari universitas yang sama pada tahun 1983. Pendidikan S3 ini diselesaikan dalam waktu kurang dari 3 tahun dan merupakan yang tercepat di School of Food Technology, UNSW, Australia.

Lagi-lagi berkat ketekunan dalam belajar, ia memperoleh kesempatan untuk kuliah post-doctoral di University of Arcansas, Amerika Serikat pada tahun 1986 dalam bidang nutrisi ternak dan pada akhir program “post doctoral” juga mengikuti kursus Feed Microscopy di Sacramento. Pada tahun 2004 mengikuti Feed Manufacturing Short Course, Kansas State University Manhattan, Kansas US dibiayai oleh International Grain Program.

“Waktu itu saya belum menikah, baru pada tahun 1988 saya menikah dengan sesama pegawai Balitnak,” tuturnya.

Selama berkarir sebagai peneliti, Budi Tangendjaja telah membuat lebih dari 128 karya tulis ilmiah yang ditulis sendiri maupun dengan peneliti lain yang tersebar dalam jurnal international maupun nasional. Berbagai seminar di dalam dan luar negeri telah diikutinya dan karya ilmiahnya diterbitkan dalam berbagai prosiding maupun majalah. Hingga kini, Budi tidak juga pernah berhenti mendalami ilmu dan melakukan penelitian teknologi pakan dan tanaman pakan.

Berbagai proyek penelitian dari lembaga international telah diperolehnya termasuk dari USAID, International Foundation of Science (IFS), FAO, ACIAR, ILRI, ITTO, IAEA dan juga proyek penelitian dari dalam negeri seperti RUT III dan RUT IV (bersama lembaga lain). Penelitian kerjasama banyak dilakukan dengan berbagai industri maupun perusahaan.

Budi banyak diundang untuk memberikan seminar, pelatihan maupun lokakarya di berbagai negara seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, India, Nepal, Pakistan, Bangladesh dan juga di berbagai daerah di Indonesia.

Jenjang jabatan Ahli Peneliti Utama diperoleh pada tahun 1995 dan dikukuhkan sebagai Profesor Riset pada tahun 2006 dengan judul orasi “Teknologi Pakan dalam Menunjang Industri Peternakan di Indonesia”.

Berkat keilmuannya, Budi mendapatkan sejumlah penghargaan seperti; Sebagai Penyampaian Penelitian terbaik ke II dari Badan Litbang Pertanian pada tahun 1999 setelah sebelumnya pada tahun 1998 memperoleh Satya Lencana Wirakarya dari Presiden Republik Indonesia.

Budi juga terlibat dalam asosiasi AS yaitu US Grains Council maupun US Soybean Export Council untuk memberikan bantuan teknis di negara ASEAN dan Oceania. Memberikan training, workshop dan seminar dinegara ASEAN untuk pabrik pakan, peternak, usaha peternakan dan perdagangan bahan baku pakan.

Keahlian di bidang nutrisi pakan, Quality Assurance, teknologi pakan, formulasi dan bahan baku pakan telah digunakannya untuk membantu industri peternakan secara keseluruhan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara ASEAN lainnya.

Aktivitas Budi yang sangat sibuk tak membuatnya melupakan waktu untuk keluarga. Baginya, keberhasilan seseorang merupakan bentuk saling mendukung antarpihak, baik suami kepada istri maupun istri kepada suami. Saling bantu dalam rangka membina keluarga adalah sebuah keharusan yang tak bisa terpisahkan dalam kehidupan.

“Bagi kami anak-anak adalah perekat, mendidik anak sampai selesai sekolah merupakan suatau pencapaian tertinggi,” ujar lelaki yang juga Technical Consultant Animal Nutrition USSOY.

Memiliki istri yang aktivitasnya sama sebagai seorang peneliti, tentu harus bisa menyelaraskan waktu sehingga tidak sibuk dengan dunianya masing-masing. Komunikasi dan meluangkan waktu adalah sesuatu hal yang wajib dikerjakan.

Dalam membagi waktu, ia mengaku mempunyai cara khusus dengan mengajak anak atau istri untuk sekadar jalan-jalan saat akhir pekan. Dalam prinsipnya ia enggan diatur oleh waktu, akan tetapi waktulah yang harus ia atur. “Kita yang harus bisa mengatur waktunya, jangan waktu yang malah mengatur kita. Jadwal harus diatur dengan baik, kalau ada yang bentrok maka skala prioritas yang dikedepankan,” terang Budi. *

Tinggalkan Komentar