Aviliani

Perjalanan Panjang Seorang Ekonom Senior Indonesia

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Mungkin pepatah itu sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan hidup dari seorang Aviliani. Bagaimana tidak, masa kecilnya tak seindah anak-anak kecil pada umumnya.

Di umur yang baru menginjak 5 tahun, kedua orang tua Aviliani berpisah. Saat pindah dari Malang ke Jakarta, ia dititipkan kepada bibinya. Karena tak ingin merepotkan saudaranya, Aviliani berinisiatif menjadi asisten dosen sejak kuliah tingkat satu di Universitas Atmajaya, Jakarta.

Setelah lulus S1, pada tahun 1985, Aviliani mengawali kariernya sebagai dosen di STIE Perbanas, kemudian ia diberikan beasiswa dan meneruskan pendidikanya di FISIP UI Jurusan Administrasi Niaga.

Setelah lulus mendapatkan gelar master di tahun 1995, ia diajak oleh dosennya untuk masuk ke Indef, lembaga kajian ekonomi. Mulai dari sana, kariernya sebagai peneliti ekonomi melonjak. Sejak itu pamornya makin naik dan ia pun sering diundang menjadi pembicara di bidang ekonomi, baik pada lembaga negara maupun perusahaan.

Bak alur cerita film yang berakhir manis, kini perjuangan itu terbayar lunas dan tuntas. Sekarang Aviliani dikenal sebagai seorang profesional ekonom senior Indonesia. Wanita asal Malang itu kini menjabat sebagai Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN).

Ia sudah malang melintang di dunia perekonomian Indonesia. Tercatat wanita yang lahir pada tanggal 14 Desember 1961 ini sempat menjadi dosen dan peneiliti di STIE Perbanas medio tahun 1989-2002. Setelah itu ia melanjutkan karirnya sebagai Ketua Jurusan Manajemen di Universitas Paramadina pada bulan Juni 2002.

Sosok wanita yang dikenal dengan rambut bondolnya ini juga kerap menjadi pemandu acara di berbagai media. Di antaranya, program Todays Dialogue (Metro TV), Economic Recovery (Metro TV), Moderator Talk Show (ANTV) dan program acara Morning and Talks di Radio Smart FM.

Popularitas nama Aviliani sebagai pengamat ekonomi senior sempat menjadi salah satu incaran mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk diangkat sebagai salah satu menteri di kabinetnya.

Pada tahun 2005, ia juga diangkat oleh pemerintah sebagai Komisaris Independen di Bank BRI. Setelah memegang jabatan strategis di Bank BRI, tak membuat karier pendidikannya berakhir, di tengah kesibukannya sebagai Komisaris Independen BRI, ia menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan gelar doktor di tahun 2012 dari IPB University.

Aviliani dinyatakan lulus di IPB University setelah mengikuti ujian terbuka promosi doktor dengan disertasi berjudul "Analisis Segmentasi Nasabah Tabungan Bank Berdasarkan Costumer Value (studi pada satu bank BUMN)".

Dalam disertasinya, ia mengungkapkan perlu adanya segmentasi nasabah untuk menekan biaya operasional perbankan nasional dan menerapkan strategi promosi yang tidak bersifat generik.

Lebih lanjut, Avi, sapaan akrabnya mengatakan, profil nasabah sangat diperlukan agar bank mampu mengetahui karakteristik dan kebutuhan nasabah saat ini maupun masa mendatang. Salah satu pemasaran dengan pendekatan nasabah adalah Customer Relationship Management (CRM).

Perjuangan tidak akan mengkhianati hasil, itulah rangkuman sekelumit perjalanan hidup seorang Aviliani. Aviliani mengajarkan kita semua bahwa seseorang yang tidak memiliki privilege pun berhak meraih impian. Motivasi belajar yang tinggi dan usaha tak kenal lelah seorang Aviliani sudah sepatutnya dijadikan motivasi bagi generasi muda untuk meraih kesuksesan.

Tinggalkan Komentar