Pencipta Bibit Lokal, Penggali Komoditas Unggul Nasional
SEBANYAK enam desa di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, mewujudkan pertanian berkelanjutan dengan menerapkan metode Hazton.
Desa-desa tersebut adalah Desa Lubuk Antu dan Desa Mubung di Kecamatan Hulu Gurung; Desa Temuyuk dan Desa Sungai Besar di Kecamatan Bunut Hulu; serta Desa Tekudak dan Desa Tekalong di Kecamatan Mentebah.
Metode Hazton ini diterapkan guna meningkatkan produktivitas pertanian dengan menggunakan 20 hingga 30 bibit per lubang tanam. Berbeda dengan umumnya yang biasanya hanya 3-5 bibit per lubang tanam.
Penggunaan bibit yang banyak ini akan menjadikannya indukan yang produktif hingga dua kali lipat, tanpa harus konsentrasi pada pembentukan anakan.
Adalah Anton Kamaruddin, penggagas Teknik Hazton itu.
“Rata-rata produksi padi di Kalbar hanya 3,5 ton per hektare. Dengan teknologi Hazton, jika diterapkan sesuai petunjuk, hasilnya bisa mencapai 10 ton per hektare,” ungkap Anton.
Istilah Hazton diperkenalkan pada 2012 di Kalbar, berasal dari singkatan dua penemunya yaitu ‘Haz’ dari Hazairin dan “Ton” dari Anton Kamarudin.
Hazairin, tak lain adalah Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Barat. Hazairin adalah penyuluh pertanian pelosok Kalbar di awal karirnya. Dia melakukan riset-riset untuk meningkatkan hasil panen, hingga lahirlah Hazton.
Sedangkan Anton Kamaruddin kini menjabat sebagai Kepala UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih (PSB) Pengawasan dan Sertifikasi Benih Kalimantan Barat.
Lelaki kelahiran Pontianak, 19 April 1972 ini memang menguasai betul kondisi lahan di Kalimantan Barat.
Semenjak kecil, ia menimba pendidikan di SDN 131 Pontianak dan lulus pada 1985. Anton lalu melanjutkan sekolahnya ke SMPN 7 Pontianak dan lulus pada 1988.
Minatnya pada dunia pertanian terpupuk sejak remaja. Ia pun memilih pendidikan di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Daerah Kalbar Singkawang dan lulus pada 1991.
Lulus dari SPP Singkawang, ia memilih melanjutkan ke Universitas Panca Bhakti dan memperoleh gelar sarjana pada 2001.
Dikenal aktif di kampus, ia menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak periode 1999–2000.
Keilmuannya di dunia pertanian semakin kuat usai ia menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Ilmu Perencanaan Wilayah (PS PWL) IPB University dan menyelesaikan S-2 nya pada 2006.
Pada saat menyelesaikan pendidikannya di IPB University, ia menjabat Kepala Seksi Agribisnis UPT. Terminal Agribisnis Terpadu Kalbar sejak 1998 hingga 2009.
Sebelumnya, pada 1992 hingga 1993 ia meniti karir sebagai Staf Dinas Pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Kalbar, kemudian pada 1993 hingga 1998 menjadi Staf BBI Hortikultura Anjungan Prov. Kalbar.
Usai menuntaskan pendidikannya di IPB Universitu, pada 2009 hingga 2016 ia menjadi Kepala Seksi Tanaman Buah Dinas Pertanian TPH Provinsi Kalimantan Barat.
Pada 2016 hingga 2019, Anton menjadi Kepala UPT Pembenihan Tanaman Pangan Provinsi Kalbar. Lalu ditugaskan pada 2019 sebagai Kepala UPT Balai Benih Induk Hortikultura Anjungan Prov. Kalbar hingga 2021.
Sejak 2021 hingga sekarang ia menjadi Kepala UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Prov. Kalbar atau UPT Balai Benih Hortikultura (BBH) Distan TPH Provinsi Kalbar.
Sepanjang menjalankan tugas, Anton Kamaruddin selalu memperlihatkan upaya-upaya inovatif.
Salah satunya mengembangkan buah lokal dengan kualitas unggul.
Selain metode Hazton, ia mengembangkan alpukat lilin Singkawang sehingga buah ini semakin diminati baik buah siap konsumsi maupun permintaan benihnya.
Bahkan permintaan jenis alpukat ini juga datang dari berbagai daerah terutama benihnya.
Anton menambahkan alpukat lilin Singkawang juga hampir tanpa musim berbuahnya. Setiap waktu selalu berbuah.
Anton mengembangkan inovasi perbanyakan bibit alpukat dengan Teknik Akupuntur.
Teknik Akupuntur ini sebagai solusi dari pengembangan bibit alpukat secara massal dan berguna bagi petani di seluruh Indonesia.
Varietas ini, disebut sebagai varietas unggul nasional asal Kalimantan Barat.
Tak ketinggalan, ia juga terlibat dalam Pengembangan Teknologi Landak untuk Bawang Merah tahun 2017.
Disebut Teknologi Landak karena inovasi penanaman bawang merah ini dilakukan di Kabupaten Landak dengan menggunakan probiotik dan prebiotik serta kombinasi pupuk organik dan anorganik.
Teknologi serupa juga berhasil diterapkan Anton dalam sayuran.
Upaya inovasi yang dilakukan Anton Kamaruddin juga dilakukan melalui budidaya tanaman anggur yang ia tanam di lahan tropis saat situasi pandemi.
Didukung oleh Bank Indonesia perwakilan Kalbar, Anton memulai menanam anggur di lahan Pondok Pesantren Darul Fikri milik Nur Kolik.
Lahan seluas satu hektar dari dua hektar yang telah dikelola Nur Kolik, hanya dipetak seukuran 12 kali 12 meter persegi saja, dibuat sedemikian rupa, bertiang-tiang untuk merambatnya tanaman.
Memanfaatkan sinar matahari khatulistiwa, inovasi Anton kali ini menghasilkan buah anggur yang segar dan aman untuk disantap.
Area lahan yang semula berlumpur, ditanam oleh Anton dengan 30 batang bibit anggur dengan varian yang beragam dari Rusia, Ukraina, Amerika Serikat dan Jepang.
Hingga sekarang, Anton menjadi Ketua Komunitas Anggur Kalimantan Barat sejak 2021.
Tahun 2022, Anton Kamaruddin menjadi anggota tim ekspedisi dan eksplorasi durian unggul Kalbar.
Durian lokal di rimba Kalimantan Barat bak "harta karun” terpendam. Setiap dieksplorasi, ditemukan durian unggul hingga jadi sentra genetik durian terbaik.
Ia berhasil mempresentasikan sepuluh jenis durian Kalimantan Barat yang masuk dalam kategori varietas unggul nasional yaitu aspar, raja maba, sawah mas, kalapet, mansau, manjar, lokad, rimbut, terong dan serumbut.
10 jenis varietas durian unggul itu kemudian dirilis Kementerian Pertanian.
Hasil karya budidaya Anton pernah menjadi Juara 2 Lomba Asah Terampil Kelompencapir Tk. Provinsi Kalimantan Barat tahun 1994, dan Juara 2 Lomba Tabulampot Tingkat Kota Pontianak Tahun 1997. *