Terbang Tinggi sebagai Kartini Masa Kini
Bagai burung yang gemar bermigrasi, begitulah kira-kira kalimat yang tepat untuk menggambarkan perjalanan karier seorang Alexandra Devy Suradji. Bukan semata untuk bervakansi atau rekreasi, hobi bepergian dari seorang perempuan kelahiran Jakarta pada 9 April 1970 ini adalah untuk memenuhi tanggung jawab dan profesionalitasnya dalam bekerja. Terbang tinggi dan berkarier mengunjungi berbagai belahan bumi.
Lulus sebagai sarjana di Fakultas Perikanan, IPB University, Devy kemudian menyelesaikan pendidikan masternya di jurusan manajemen lingkungan, University of New Haven, Amerika Serikat.
Berbekal studi akademis itu, membuat Devy mantap untuk memulai karier di PT. Surveyor Indonesia selama 8 tahun, 8 bulan, 8 minggu, dan 8 hari. Lalu ia bergabung dengan WWF Indonesia sebagai Direktur Pemasaran dan Komunikasi selama kurun waktu 2009 sampai 2016. Tidak berhenti sampai di situ, Devy menjabat sebagai Staf Khusus Menteri BUMN pada 2017 sekaligus menjadi Komisaris PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk pada tahun yang sama.
Pengalaman bermigrasi selama berkarier, semakin membentuk Devy seperti seorang aviator sejati. Ia kini menjabat sebagai Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I (Persero), berdasarkan SK Menteri Negara BUMN Nomor SK-289/MBU/12/2017 dengan penugasan meningkatkan pelayanan dan pemasaran perusahaan.
Meski tak memiliki dasar di dunia penerbangan, hal terpenting bagi Devy di posisinya saat ini adalah bagaimana caranya seseorang itu lebih nyaman berada di bandara, bersedia datang, membuat para penumpang merasa puas dengan pelayanan yang ada, serta merasa bahagia dan berbelanja di bandara.
Maka sebagai seorang Direktur Pemasaran dan Pelayanan, ia memandang bahwa yang dibutuhkan PT Angkasa Pura I (Persero) saat ini bukanlah dari kacamata seorang aviator, melainkan dari kacamata penumpang seperti dirinya.
Kerja keras Devy akhirnya terbukti, ia dinobatkan sebagai Top 40 Public Relations (PR) Person 2020 dalam Iconomics Indonesia PR Person Award 2020 yang diselenggarakan oleh Iconomics Research and Consulting.
Sejumlah penghargaan lain pun turut diraih, berkat terobosan-terobosan yang banyak terjadi sejak kehadiran Devy sebagai direksi di perusahaan plat merah tersebut. Salah satunya, di bawah kepemimpinan Devy inilah penentuan upah karyawan PT Angkasa Pura I (Persero) mulai tidak lagi berdasarkan jenis kelamin dan gender.
Upah diberikan semata berdasarkan kinerja dan prestasi yang dicapai masing-masing karyawan. Saat ini, pembedaan jenis kelamin bahkan tidak lagi menjadi dasar dalam proses rekrutmen karyawan. Menurut Devy, kepemimpinan perempuan juga bisa memberikan aura yang lebih positif dalam sebuah perusahaan.
Walau karier Devy terbilang terbang cemerlang, tidak lantas membuatnya tinggi hati dan lupa diri. Menjadi sosok terdepan dalam bidang pelayanan bandara, tak membuat Devy lupa untuk selalu menjaga keseimbangan antara karier dan keluarga.
Ia justru menegaskan bahwa di luar rumah perempuan memang harus bisa berkarya sebaik-baiknya, tapi dirinya tetaplah istri yang harus mengikuti suami sebagai imamnya dan berperan menjadi seorang ibu yang menghadirkan cinta kasih bagi anak-anaknya.
Prinsip-prinsip inilah yang membentuk Devy dalam memaknai emansipasi wanita. Baginya, menjadi Kartini berarti menjadi seorang perempuan yang tidak boleh kalah saing dengan laki-laki. Perempuan juga harus bisa membuktikan bahwa dirinya memiliki kapasitas dan kemampuan yang sama, tanpa perlu harus melupakan kodrat dalam sebuah keluarga.