Penebar Jala Semangat Muda
Enerjik, humoris, tegas, dan berkarakter. Itulah gambaran pribadi mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia, Adhyaksa Dault. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang sederhana dalam kesehariannya, ramah, rendah hati dan akrab dengan semua kalangan.
Bagi Adhyaksa Dault kesuksesan bukan hanya dilihat dari materi, akan tetapi seberapa besar kemanfaatan yang bisa diberikan untuk masyarakat, bangsa, dan negara.
“Kehidupan ini hanya sementara. Hidup hanya sekali, gunakan untuk mengabdi kepada Ilahi Robbi, agar tidak menyesal nanti, surga tujuan abadi,” ungkap alumni IPB University ini.
Adhyaksa Dault tercatat sebagai alumni IPB University setelah berhasil meraih gelar doktor berpredikat sangat memuaskan di Pasca-Sarjana IPB University. Ia mempertahankan disertasi berjudul "Peningkatan Peran Pemuda Dalam Pembangunan Kelautan dan Perikanan Di Kabupatn Sukabumi Jawa Barat."
Dalam kesimpulan disertasinya, Adhyaksa mengatakan, peran pemuda dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Sukabumi teridentifikasi dalam aspek perencanaan berupa peran dalam rapat di tingkat desa, memberi saran, menyusun program dan sosialisasi program.
"Keterlibatan pemuda bisa memberikan semangat atau ide-ide baru dalam pembangunan kelautan dan perikanan," kata Adhyaksa.
Kebijakan publik, katanya, juga harus menjangkau kalangan masyarakat secara lebih luas termasuk pemuda. "Usia yang masih relatif muda akan memberikan harapan bahwa pemuda akan lebih produktif jika kebijakan publik yang ada bersifat kondusif dan aktual sesuai minat, kemampuan dan manfaat," katanya.
Mantan Menpora dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009) berdarah Gorontalo dan Mandar itu, memang selalu memiliki perhatian terhadap generasi muda. Semangat mudanya juga tak pernah padam. Bahkan, ia juga merupakan menteri termuda pada saat kabinet tersebut pertama kali diumumkan.
Perhatian dan kecintaannya terhadap pramuka juga tidak diragukan. Mantan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka ini sejak kecil sudah aktif menjadi anggota Gerakan Pramuka. Bahkan keluarnya Undang-undang Gerakan Pramuka tidak lepas dari peran Adhyaksa.
Ia juga merupakan tokoh yang giat menyerukan nilai-nilai Pancasila. Adhyaksa ingin meneruskan cita-cita Bung Karno dalam mengajarkan konsep kebangsaan dan kenegaraan yang bersumber dari Pancasila.
Menurut dia, hal yang terpenting adalah Pancasila itu harus direalisasikan dalam kehidupan sehari hari, karena Pancasila harus menjadi diri kita sendiri.
“Anak muda juga perlu diberi ruang untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan kepribadian mereka dalam merespons nilai-nilai Pancasila,” ungkap tokoh kelahiran Donggala, 7 Juni 1963 ini.
Kendati terkenal garang dan tegas, suami dari Drg. Mira Arismunandar itu ternyata masih memiliki jiwa yang sangat muda dan berada dalam lingkungan anak-anak muda. Pria yang biasa disapa bang Adhy itu masih suka nge-band bersama rekan-rekannya.
”Asik kalau bermain gitar, apalagi dikombinasikan dengan piano. Menghilangkan penat,” kata Ayah dari Umar Adiputra Adhyaksa dan Fakhira Putri Maryam itu. Adhy punya band yang diberi nama Adhyaksa And Friends.
”Seminggu sekali saya latihan band, banyak lagu yang saya bawakan, dari power metal hingga lagu Bento, itu rutin latihannya,” ujar pria dengan kumis yang khas itu.
Sebelum jadi menteri, ia pernah bekerja bekerja sebagai penasehat hukum. Namun kemudian melanjutkan pendidikan ke Program Magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Selanjutnya ia berhasil meraih gelar Doktor (S3) Jurusan Teknik Kelautan IPB Universiy tahun 2007.
Adhyaksa Dault kini mengabdikan dirinya kepada dunia pendidikan dengan kembali mengajar sebagai Dosen Program Doktor Manajemen Sumberdaya Pantai-Universitas Diponegoro, dan dosen S2 di Universitas Negeri Jakarta dan menjadi Kandidat Guru Besar pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro.
Adhyaksa pernah menduduki sejumlah posisi penting lainnya: Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI) 1999-2002, Ketua Umum Majelis Pemuda Indonesia (MPI) 2003-2006.
Jabatan Ketua Lembaga Pengkajian Keadilan dan Demokrasi Indonesia (LPKDI) diamanahkan kepadanya dari tahun 1999 hingga 2002. Begitupun sebagai Ketua Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI) Jakarta diembannya dari tahun 1999 sampai 2004.
Darah aktivis mengalir dalam diri Adhyaksa. Tahun 1987-1988, ia dipercaya menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Dia juga aktif ke Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia. Lalu, Ketua Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI) Jakarta tahun 1999-2004.
Dia juga dipercaya sebagai Ketua Badan Pengawas YPI Al Azhar periode 2007-2012. Lalu menjadi Ketua Kwarnas Pramuka periode 2013-2018.
Tahun 2009, Adhyaksa Dault, yang waktu itu calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Keadilan Sejahtera yang dipastikan terpilih dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah, namun ia memilih untuk mengajukan pengunduran diri sebagai calon legislator.
Adhyaksa pernah punya keinginan menjadi amirul hajj lantaran berniat mendampingi dan melayani jamaah dari awal hingga akhir prosesi haji. "Amirul hajj itu jangan hanya mengantarkan jamaah, lalu datang belakangan terus pulang duluan," kata dia.
Bang Adhy juga termasuk produktif menulis buku diantaranya berjudul “Pemuda dan Kelautan” yang diterbitkan dalam berbagai seri diantaranya “Penebar Jala”, “Masyarakat Pesisir Menatap Masa Depan”, “Pemuda dan Kelautan Industri Perikanan Nusantara”, “Laut sebagai Pemersatu Bangsa”, “Menghadang Negara Gagal: Sebuah Iijtihad Politik: Renungan Seorang Anak Bangsa”, “Terumbu Karang”, dan masih banyak lagi.
”Hobi saya itu empat M. Yakni, mendaki, mengaji, mengajar, dan menyanyi,” ungkap pria yang juga menghabiskan waktunya untuk berolahraga. Sepak bola, basket, bulutangkis, tenis, dan jet ski, adalah beberapa olahraga favorit Adhyaksa. ''Dalam sepekan saya minimal dua kali bermain bulu tangkis. Badan ini rasanya pegal semua kalau tidak dipakai olahraga,'' kata Adhyaksa.
Kini, selain mengajar, tugas yang diemban Adhyaksa Dault adalah menjadi Komisaris Independen PT BRI, Tbk. sejak tahun 2010 sampai sekarang. Di sela-sela kesibukannya, Adhyaksa Dault juga beraktivitas sebagai Ketua Umum Vanaprastha, yaitu suatu wadah dari para Penggiat Alam Terbuka dan Aktivis Lingkungan yang berdiri sejak 1976.
Salah satu program yang merupakan ide kreatif seorang Adhyaksa Dault sebagai penggiat alam terbuka dan Aktivis lingkungan dimana sampai sekarang program tersebut masih berlangsung adalah PIP3D ( Promosi Indonesia Pada - Pada Puncak Dunia).
Program ini memadukan berbagai macam unsur kegiatan seperti Ekspedisi Pendakian, Touring Sepeda, Talkshow dan Dialog Interaktif sambil mempromosikan pariwisata Indonesia di manca negara.
”Saya mendaki gunung juga kadang membawa istri tercinta. Irma juga suka dengan keindahan alam dan dinginnya gunung. Jadi inget waktu pacaran dulu. Pacaran dengan istriku itu yang diingat adalah gunung dan kumisku,” ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Selain itu, menurut Adhyaksa dengan mendaki gunung dapat menikmati ciptaan Allah. Bagi dia ketika seseorang semakin mencintai alam, maka makin cinta pula kepada sang penciptanya. "Hampir tiap bulan kami naik gunung. Kalau sedang tidak musim ombak saya juga biasa jet ski," ujar pemilik podcast Adhyaksa Dault Channel itu.
Pada tahun 2011 Adhyaksa Dault beserta team yang dipimpinnya berhasil melakukan Ekspedisi Pendakian di Mount Blanc - Prancis, touring sepeda mengelilingi sebagian Eropa Barat serta melakukan Talk show dan dialog interaktif di 2 Negara Eropa, Prancis dan Belanda.
Adhyaksa mengatakan, saat naik gunung tantangannya itu melawan diri sendiri atau ego. Ketika naik gunung, ujarnya, bukan menaklukannya tetapi berusaha menikmati keindahannya.
Adhyaksa merupakan lulusan SD Islam Al-Azhar Jakarta tahun 1977, SMP Al-Azhar tahun 1980, dan SMA Negeri 3 Jakarta pada 1983. Ia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Trisaksi dan lulus tahun tahun 1989, kemudian melanjutkan ke Program Magister Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia tahun 1997 dan meraih gelas MSi tahun 1999. Adhyaksa mengikuti
program pasca-sarjana di IPB sejak 2003, sebelum menjadi menteri. ***